BENTUK LAHAN ASAL STRUKTURAL
Bentuk lahan struktural terjadi oleh
karena adanya proses endogen yang disebut tektonisme atau diastrofisme. Proses
ini meliputi pengangkatan, penurunan, dan pelipatan kerak bumi sehingga
terbentuk struktur geologi: lipatan dan patahan. Selain itu terdapat pula
struktur horizontal yang merupakan struktur asli sebelum mengalami perubahan.
Dari struktur pokok tersebut, selanjutnya dapat di rinci menjadi berbagai
bentuk berdasarkan sikap lapisan batuan dan kemiringannya. Bentuk lahan
structural di cirikan oleh adanya pola aliran Trellis yang tersusun dari
sungai-sungai konsekuen, subsekuen, resekuen, dan obsekuen.
Bentuk lahan ini di tentukan oleh
tenaga endogen yang menyebabkan terjadinya deformasi perlapisan batuan dengan
menghasilkan struktur lipatan, dan patahan, serta perkembangannya. Bentuk lahan
di cirikan oleh adanya perlapisan batuan yang mempunyai perbedaan ketahanan
terhadap erosi. Akibat adanya tenaga endogen tersebut terjadi deformasi sikap
(attitude) perlapisan batuan yang semula horizontal menjadi miring atau bahkan
tegak dan membentuk lipatan. Penentuan nama suatu bentuk lahan structural pada
dasarnya di dasarkan pada sikap perlapisan batuan (dip dan strike).
Dalam berbagai hal, bentuk lahan
struktural berhubungan dengan perlapisan batuan sedimen yang berbeda
ketahanannya terhadap erosi. Bentuklahan lahan struktural pada dasarnya
dibedakan menjadi 2 kelompok besar, yaitu struktur patahan dan lipatan.
Kadang-kadang pola aliran mempunyai nilai untuk struktur geologis yang dapat
dilihat dari citra. Plateau struktural terbentuk pada suatu daerah yang
berbatuan berlapis horisontal, sedang cuesta dan pegunungan monoklinal terdapat
dip geologis yang nyata. Batuan berlapis yang terlipat selalu tercermin secara
baik pada bentuklahannya. Skistositas akan berpengaruh pada bentuklahan pada
daerah dengan batuan metamorfik, lebih lanjut patahan dan retakan mempunyai
pengaruh juga pada perkembangan landform.
Dalam beberapa kasus, bentuk-bentuk
struktural dipengaruhi oleh proses-proses eksogenitas dari berbagai tipe,
sehingga terbentuklah satuan struktural-denudasional. Struktur-struktur geologi
seperti lipatan, patahan, perlapisan, kekar maupun lineaman (kelurusan) yang
dapat diinterpretasi dari foto udara dan peta geologi merupakan bukti kunci
satuan struktural. Pola aliran sungai yang ada akan mengikuti pola struktur
utama, dengan anak-anak sungai akan relatif sejajar dan tegak lurus dengan
sungai induk.
Beberapa fenomena bentukan
struktural antara lain : flatiron, hogbacks, cuesta, pegunungan lipatan,
dome/kubah, pegunungan patahan dan pegunungan kompleks. Flatiron (Sfi)
merupakan morfologi pegunungan / perbukitan dan dibentuk oleh lapisan dengan
kemiringan relatif tegak, ujung atasnya meruncing dan bentuk seperti seterika.
Hogbacks (Shb) berbentuk punggungan lebar yang miring ke arah lapisan dan gawir
yang terjal miring ke arah berlawanan dengan arah kemiringan lapisan, besar
sudut > 30° (dip). Jika kemiringan punggungan melandai sesuai dengan dip
lapisan sebesar ± 15° disebut cuesta (Scu). Dome atau pegunungan kubah (Spk)
merupakan struktur lipatan pendek regional, dengan sudut kemiringan kecil
melingkar ke segala arah (radier) membentuk bulat atau oval. Antiklinal pendek
yang menunjam ke kiri-kanannya cenderung membentuk kubah dengan ukuran
bervariasi. Pola aliran umumnya melingkar (annular). Pegunungan lipatan (Spl)
mempunyai morfologi yang spesifik dengan adanya punggungan antiklinal memanjang
dan lembah sinklinal yang harmonis, dimana topografinya mengikuti lengkungan
lipatan. Pola aliran sungai akan mengikuti struktur utama (konsekwen
longitudinal), kemudian disusul anak-anak sungai yang menuruni lereng
punggungan tegak lurus sungai utama yang disebut subsekwen, yang akhirnya
membentuk pola trellis.
Pegunungan patahan (Spp) merupakan
struktur patahan yang umumnya dibatasi oleh adanya gawir sesar (bidang patahan)
yang terjal, kelurusan dan pola aliran yang menyudut-patah (regtangular).
Asosiasi antara struktur lipatan dengan patahan umumnya lebih terjadi membentuk
struktur pegunungan kompleks (Spk) dengan konfigurasi permukaan yang unik dan
tidak teratur.
Kenampakan pada foto udara untuk
masing-masing struktur akan terlihat jelas dan spesifik, dengan didukung oleh
fenomena tertentu seperti gawir patahan yang lurus dan terjal, kelurusan
vegetasi atau igir/punggungan, pola aliran yang saling tegak lurus dengan
anak-anak sungai yang relatif sejajar kemudian menyebar keluar, topografi
kasar, pola tidak teratur, vegetasi jarang dan penggunaan lahan untuk lahan
tegalan atau hutan reboisasi/konservasi.
CIRI-CIRI BENTUK LAHAN ASAL
STRUKTURAL
-
Dip
Dan Strike
Dip merupakan sudut perlapisan
batuan yang di ukur terhadap bidang horizontal dan tegak lurus terhadap salah
satu jurus (stike), sedangkan stike adalah arah garis perpotongan yang di
bentuk oleh perpotongan antara bidang perlapisan dengan bidang horizontal.
-
Horison
Kunci Jelas
Merupakan tanda yang terdapat pada
bekas permukaan daerah yang mengalami patahan.
-
Adanya
Sesar, Kekar, Pecahan
Sesar
Rasanya tidak ada yang istimewa dari
tebing batu seperti itu. Namun jika kita amati lagi dari puncak Gunung Batu
tersebut, akan terlihat 2 blok tanah, yang satu seakan habis naik menjulang ke
atas, yang satu lagi jadi lebih rendah. Bidang kontak antara 2 blok tersebut
disebut sesar. Karena letaknya di daerah lembang, maka disebut sesar lembang.
Dalam istilah geologi, sesar tersebut termasuk fault scrap (sesar
gawir/tebing), dimana blok yang menjulang ke atas disebut hanging wall (atap
sesar) dan blok yang lebih rendah disebut foot wall (alas sesar). Sesar
tersebut membentang sepanjang 22 km dari timur ke barat. Sesar ada
bermacam-macam tipenya, tergantung dari gerakan relatif blok di satu sisi sesar
terhadap yang lain, diantaranya:
a. Sesar Normal. Hasil pergeseran
kerak bumi sisi satu dengan sisi lainya, dimana pada posisi hangingwall turun
ke bawah dari sisi footwallnya, sesar ini hasil dari gaya ekstensi kerak bumi.
b. Sesar Naik
(thrust fault). Hasil pergerakan
kerak bumi sisi satu dengan sisi lainya, dimana pada posisi hangingwall
terdorong ke atas dari sisi footwallnya, sesar ini hasil dari gaya kompresi
kerak bumi.
c. Sesar geser
(strike-slip or transform, or wrench fault). Sesar permukaan dimana footwall bergerak ke kiri atau
kekanan atau pegerakan lateral dengan sedikit pergerakan vertikal.
Berikut
dijelaskan mengenai ciri-ciri sesar yaitu:
1. Trapezoidal facet, bentuk daerah
yang menyerupai trapezium
2. Triangle facet, sistem lembah
berbentuk segitiga
3. Hanging valey, suatu lembah yang
letaknya diatas lembah yang sekarang ada.
4. breksi besar, merupakan lapisan
butiran batuan runcing-runcing pada dinding permukaan sesar.
5. Milovit, hancuran batuan-batuan
seperti tepung sebagai akibat gesekan pada sesar
6. Jalur mata air pada tebing sesar
sebagai akibat butiran permeable tersingkap
7. Slicken side, permukaan alur yang
licin pada permukaan sesarr karena gesekan
8. Cermin sesar, permukaan mengkilap
pada permukaan batuan akibat gesekan
9. Kelurusan, terdapat pola permukaan
yang lurus karena patahan pada sesar
10. gawai sesar, merupakan dinding
patahan yang terjal dan memanjang
11. Perbedaan topografi yang menyolok
pada daerah yang patah
12. Lapisan batuan tidak continue(omisi)
karena adanya patahan
MACAM-MACAM
BENTUK LAHAN STRUKTURAL
1. Bentang alam dengan struktur
mendatar (lapisan horizontal)
2. Dataran rendah, adalah daerah yang
memiliki elevasi antara 0-500 kaki dari permukaan air laut.
3. Dataran tinggi (pletau), adalah
daerah yang menempati eleevasi diatas 500 kaki diatas permukaan air laut,
berlereng sangat landai atau datar berkedudukan lebih tinggi daripada bentang
alam di sekitarnya.
4. Bentang alam dengan struktur miring,
dibagi menjadi 2 :
5. Cuesta, kemiringan antara kedua sisi
lerengnya tidak simetri denag sudut lereng yang searah perlapisan batuan kurang
dari 300 (Tjia, 1987).
Hogback,
sudut antara kedua sisinya relative sama, dengan sudut lereng yang searah
perlapisan batuan lebih dari 300 (Yjia, 1987). Hotback memiliki
kelerengan scarp slope dan dip slope yang hamper sama sehingga terlihat
simetri.
SATUAN BENTUK ASAL STRUKTURAL
1.
Pegunungan Blok Sesar
Pegunungan blok sesar adalah
pegunungan yang tersusun dari batuan klastik, ditandai oleh berbagai bentuk
patahan, misalnya: graben,sembul,triangle facet,dan sebagainya
2.
Gawir Sesar. Gawir sesar yaitu tebing patahan
memanjang, terjadi karena adanya dislokasi.
3.
Pegunungan dan Perbukitan Antiklinal
Pegunungan /perbukitan antiklinal
adalah pegunungan yang tersusun dari batuan plastis, terjadi atas unit-unit
punggung lipatan. lembah yang terdapat dipuncak antiklin setelah tererosi
adalah combe.
Antiklinal merupakan bagian lipatan yang memiliki posisi
lebih tinggi dari bagian lipatan lainnya. Lipatan antiklinal akan membentuk
bumi menjadi cembung, contohnya pegunungan atau perbukitan.
4.
Perbukitan Atau Pegunungan Sinklinal
Sinklinal merupakan bagian lipatan
yang memiliki bagian yang lebih rendah dari bagian lipatan lainnya. Lipatan
sinklinal akan membentuk permukaan bumi menjadi cekung, contohnya lembah. Pegunungan/perbukitan
sinklinal tersusun dari batuan plastis, terdiri atas lembah-lembah lipatan.
5.
Pegunungan Monoklinal
Pegunungan/perbukitan monoklinal
adalah pegunungan lipatan yang terjadi karena adanya tekanan pada satu titik
saja yang tingginya >500m disebutpegunungan monoklinal, <500m disebut
perbukitan monoklinal. monoklinal(homoklinal yang lerengnya ≥11⁰disebut cuesta.
6.
Pegunungan Atau Perbukitan Kubah
Pegunungan/perbukitan kuba (dome)
adalah pegunungan/perbukitan tunggal yang lerengnya landai, trjadi karena
proses updoming. kubah yang berstadia dewasa dipuncaknya terdapat sistem lembah
berbentuk segitiga (triangle facet) yang disebut flat iron.
Perbukitan kubah intrusi, disusun oleh material
batuan beku intrusi yang memiliki ciri khas
membentuk pola aliran sentripetal, soliter (terpisah), biasanya
terbentuk pada daerah yang dipengaruhi oleh sesar dan tersebar tidak beraturan.
7.
Pegunungan Atau Perbukitan Plato
Pegunungan/perbukitan plato, merupakan tanah datar dengan
struktur horizontal, dengan ketinggian >500 m untuk pegunungan dan<500m
untuk perbukitan. pada umumnya dikelilingi oleh klompok volkan atau rangkaian
pegunungan.
8.
Teras Struktural,
Merupakan permukaan bertingkat yang terjadi oleh
pengangkatan yang berulang-ulang pada suatu tempat, misalnya step fault.
9.
Perbukitan
Mesa
Perbukitan yang puncaknya dengan struktur horizontal sebagai
akibat proses erosi. perbukitan yang mirip mesa tetapi puncaknya lebih sempit
disebut butte. messa dan bute berasal dari plato yang tererosi.
10. Graben
(Slenk)
Tanah patahan yang turun sehingga permukaannya lebih rendah
dari daerah sekitar. terjadi karena daerah ttersebut mengalami penurunan/penenggelaman.
11. Sembul
(Horst)
Tanah patah yang lebih tinggi dari daerah sekitar, terjadi
karena pengangkatan (up lift). kenampakan dominan pada bentuk lahan asal
structural adalah adanya sesar yang disebabkan oleh pergeseran posisi lapisan
(dislokasi) batuan disuatu tempat
BENTUK LAHAN ASAL KARST
Bentuklahan
karst adalah bentuklahan yang terbentuk akibat proses pelarutan batuan yang
terjadi pada daerah berbatuan karbonat tertentu. Tidak semua batuan karbonat
terbentuk topografi kars, walaupun faktor selain batuannya sama. Beberapa
syarat untuk dapat berkembangnya topografi kars sebagai akibat dari proses
pelarutan adalah sebagai berikut,
a.
Terdapat batuan yang mudah larut, yaitu batu gamping
ataupun dolomite
b.
Batu gamping dengan kemurnian tinggi
c.
Mempunyai lapisan batuan yang tebal
d.
Banyak terdapat diaklas/retakan
e.
Pada daerah tropis basah
f.
\Vegetasi penutup yang lebat
Menurut
Jenings (1971), karst merupakan suatu kawasan yang memiliki karakteristik
relief dan drainase yang khas, terutama disebabkan oleh larutnya batuan yang
tinggi oleh air.
Tektonisme menjadi
factor penentu pula, sesar dan
kekar menjadi factor yang amat penting. Menurut Faniran dan Jeje (1983),
kekar-kekar yang terdapat pada batuan itu memberikan regangan mekanik, sehingga
mempermudah gerakan air melalui batuan tersebut. Adanya kekar maupun sesar ini
memudahkan perkembangan pelarutan didalam batuan.
Bentuklahan yang terjadi pada daerah
karst dapat dikelompokkan menjadi 2 bagian, yaitu bentuklahan negative dan
bentuklahan positif.
1.
Bentuklahan Negatif
Bentuklahan
negative dimaksudkan bentuklahan yang berada dibawah rata-rata permukaan
setempat sebagai akibat proses pelarutan, runtuhan maupun terban.
Bentuklahan-bentuklahan tersebut antara lain terdiri atas doline, uvala, polye,
cockpit, blind valley.
a. Doline
Doline
merupakan bentuklahan yang paling banyak dijumpai di kawasan karst. Bahkan di
daerah beriklim sedang, karstifikasi selalu diawali dengan terbentuknya doline
tunggal akibat dari proses pelarutan yang terkonsentrasi. Tempat konsentrasi
pelarutan merupakan tempat konsentrasi kekar, tempat konsentrasi mineral yang
paling mudah larut, perpotongan kekar, dan bidang perlapisan batuan miring.
Doline-doline tungal akan berkembang lebih luas dan akhirnya dapat saling
menyatu. Secara singkat dapat dikatakan bahwa karstifikasi (khususnya di daerah
iklim sedang) merupakan proses pembentukan doline dan goa-goa bawah tanah,
sedangkan bukit-bukit karst merupakan bentukan sisa/residual dari perkembangan
doline.
Doline merupakan suatu istilah yang mempunyai banyak sinonim antara lain,
sink, sinkhole, cockpit, blue hole, swallow hole, ataupun canote. Doline itu
sendiri telah diartikan oleh Monroe (1970) sebagai suatu ledokan atau lobang
yang berbentuk corong pada batugamping dengan diameter dari beberapa meter
hingga 1 km dan kedalamannya dari beberapa meter hingga ratusan meter. Karena
bentuknya cekung, doline sering terisi oleh air hujan, sehingga menjadi suatu
genangan yang disebut danau doline.
Berdasarkan genesisnya, doline dapat dibedakan menjadi 4 yaitu, doline
solusi, doline terban, dan doline alluvial dan doline reruntuhan. (Faniran dan
Jeje, 1983)
·
Doline reruntuhan, ini terjadi sebagai akibat dari
proses pelarutan yang ada di bawah permukaan yang menghasilkan rongga bawah
tanah. Rongga bawah tanah tersebut atapnya runtuh, hingga mengasilkan cekungan
atau depresi dipermukaan. Doline seprti ini mempunyai lereng yang cukup
curam-curam terdiri dari lapisan batuan yang keras dan menurun secara
tiba-tiba.
·
Doline Solusi, terjadi karena telah berlangsungnya
proses solusi/pelarutan tanpa mendapat gangguan lain terhadap batuan. Doline
seperti ini terjadi secara perlahan-lahan akibat larutnya batuangamping ke
dalam tanah oleh air yang meresap melalui joint atau rekahan-rekahan pada
daerah batugamping.
·
Doline Terban
·
Doline Alluvial terjadi sebagai akibat karena
pelarutan oleh air yang mengalir yang kemudian menghilang ke dalam tanah.
Adanya proses tersebut terbentuk doline aluvial.
b. Uvala
Uvala adalah
cekungan tertutup yang luas yang terbentuk oleh gabungan dari beberapa danau
doline. Uvala memiliki dasar yang tak teratur yang mencerminkan ketinggian
sebelumnya dan karakteristik dari lereng doline yang telah mengalami degradasi
serta lantai dasarnya tidak serata polje (Whittow, 1984)
c. Polje
Polje adalah
ledokan tertutup yang luas dan memanjang yang terbentuk akibat runtuhnya dari
beberapa goa, dan biasanya dasarnya tertutup oleh alluvium.
d. Blind Valley
Blind Valley
adalah satu lembah yang mendadak berakhir/ buntu dan sungai yang terdapat pada
lembah tersebut menjadi lenyap dibawah tanah.
2.
Bentuklahan Positif
Pada
prinsipnya ada 2 macam bentuklahan karst yang positif yaitu kygelkarst dan
turmkarst
a. Kygelkarst
Kygelkarst
merupakan satu bentuklahan karst tropic yang didirikan oleh sejumlah bukit
berbentuk kerucut, yang kadang-kadang dipisahkan oleh cockpit. Cockpit-cockpit
inisialing berhubungan satu sama lain dan terjadi pada suatu garis yang
mengikuti pola kekar.
b. Turmkarst
Turmkarst
merupakan istilah yang berpadanan dengan menara karst, mogotewill, pepinohill
atau pinnacle karst. Turmkarst merupakan bentuka positif yang merupakan sisa
proses solusional. Menara karst/ tumkarst terdiri atas perbukitan belerang
curam atau vertical yang menjulang tersendiri diantara dataran alluvial.
c. Stalaktit dan Stalakmit
Stalaktit
adalah bentukan meruncing yang menghadap kebawah dan menempel pada
langit-langit goa yang terbentuk akibat akumulasi batuan karbonat yang larut
akibat adanya banjir. Stalakmit hamper
mirip dengan stalaktit namun berada di bawah lantai dan menghadap keatas.
d. Tiang ( Column )
Merupakan
hasil pertemuan endapan antara stalaktit dan stalakmit yang akhirnya membentuk
tiang yang menghubungkan stalaktit dan stalakmit menjadi satu.
e. Tirai (drapery)
Tirai
(drapery) terbentuk dari air yang menetes melalui bidang rekahan yang memanjang
pada langit-langit yang miring hingga membentuk endapan cantik yang berbentuk
lembaran tipis vertikal.
f. Teras Travertin
Teras
Travertin merupakan kolam air di dasar gua yang mengalir dari satu lantai
tinggi ke lantai yang lebih rendah, dan ketika mereka menguap, kalsium karbonat
diendapkan di lantai gua
g. Geode (Batu Permata)
Batu
permata yang terbentuk dari pembentukan rongga oleh aktifitas pelarutan
air`tanah. Kemudian dalam kondisi yang berbeda terjadi pengendapan material
mineral (kuarsa, kalsit dan fluorit) yang dibawa oleh air`tanah pada bagian
dinding rongga.
BENTUK LAHAN VULKANIK
Bentuk lahan vulkanis adalah bentuk
lahan hasil kegiatan gunung berapi baik yang tersusun dari bahan gunung api
yang sudah keluar ke permukaan bumi (ekstrusi) maupun yang membeku dalam
permukaan bumi (instrusi). Bentuk lahan vulkanis secara sederhana terbagi atas
dia yaitu :
b.
Bentuk-bentuk effusif (aliran lava/lidah lava, bocca,
plateau lava, aliran lahar dan lainnya) yang membentuk bentangan tertentu
dengan distribusi di sekitar kepundan, lereng bahkan kadang sampai kaki lereng.
Struktur vulkanik yang besar
biasanya ditandai oleh erupsi yang eksplosif dan effusif, yang dalam hal ini
terbentuk volkanostrato. Erupsi yang besar mungkin sekali akan merusak dan
membentuk kaldera yang besar. Vulkanisme adalah semua fenomena yang berkaitan
dengan proses gerakan magma dari dalam bumi menuju ke permukaan bumi yang
menghasilkan bentuklahan yang cenderung positif.
1.
Intrusi dan
Ekstrusi Magma
Intrusi magma atau plutonisme
menghasilkan bermacam-macam bentuk
(perhatikan gambar penampang gunung api), yaitu:
a.
Batolit adalah batuan beku yang terbentuk di dalam
dapur magma, sebagai akibat penurunan suhu yang sangat lambat.
b.
Lakolit adalah magma yang menyusup di antara
lapisan batuan yang menyebabkan lapisan batuan di atasnya terangkat sehingga
menyerupai lensa cembung, sementara permukaan atasnya tetap rata.
c.
Keping
intrusi atau sill adalah
lapisan magma yang tipis menyusup di antara lapisan batuan.
d.
Intrusi
korok atau gang adalah
batuan hasil intrusi magma memotong lapisan-lapisan litosfer dengan bentuk
pipih atau lempeng.
e.
Apolisa adalah semacam cabang dari intrusi gang
namun lebih kecil.
f.
Diatrema adalah batuan yang mengisi pipa letusan,
berbentuk silinder, mulai dari dapur magma sampai ke permukaan bumi.
2.
Proses
Erupsi Magma
Suatu keadaan dimana aktivitas magma
mencapai ke permukaan bumi, maka gerakan ini dinamakan erupsi magma. Jadi
erupsi magma adalah proses keluarnya magma ke permukaan bumi karena ada tekanan
dari dalam melalui retakan atau lubang kepundan. Erupsi magma inilah yang
menyebabkan sebuah gunung bisa di katakan sebagai gunung api. Erupsi magma
tidak hanya terjadi di daratan tetapi juga bisa terjadi di lautan.
3.
Jenis-Jenis
Erupsi magma berdasarkan sifatnya
a.
Erupsi eksplosif (letusan), terjadi apabila letak dapur magma
dalam dan volume gas besar, magma bersifat asam. Material yang dikeluarkan
adalah piroklastik dengan kandungan S1O2 tinggi, misalnya bongkah, lapili, bom,
pasir, abu dan debu. Bentuk
Volkan adalah Sharp Cone.
b.
Erupsi
effusif (lelehan),
terjadi karena letak dapur magma dangkal, volume gas kecil, magma bersifat
basa. Material yang dikeluarkan berupa lava dengan kandungan S1O2. Bentuk
volkan rounded cone.
c.
Erupsi
campuran, terjadi karena
letak variasi dapur magma, volume gas dan sifat magma bersifat intermedier
tetapi biasanya cenderung basa. Bentuk Volkan Strato.
4.
Jenis Erupsi
berdasarkan bentuk dan lokasi kepundan
a.
Erupsi
linier, terjadi jika
magma keluar lewat celah-celah retakan atau celah batuan kerak bumi. Contoh:
plato dekan di India
b.
Erupsi areal, terjadi karena runtuhnya atap
batholit sehingga magma keluar secara melebar dan meliputi daerah yang luas. Contoh: Gunung api Lumpur di Sumatera
selatan.
c.
Erupsi
sentral, terjadi karena
magma keluar melalui pipa kepundan.
INDIKASI BENTUK
LAHAN ASAL VOLKANIS
Satu-satuan bentuk lahan asal
vulkanis meliputi:
1.
Kepundan (crater atau cauldron),
yaitu cekungan membulat dibagian tengah vulkan sebagai pusat aktivitasnya.
2.
Kerucut
terak (cinder cone)
Merupakan gunung-api yang dibentuk
terutama oleh bara basal dan abu vulkanik dari reruntuhan material piroklastik,
atau dari material yang dikeluarkan pada saat terjadi letusan eksplosif. Karena
dibentuk oleh serpihan material dan bukan dari lava, gunung ini mudah mengalami
erosi, dan ukurannya pun relatif lebih kecil daripada gunung-api campuran.
Gunung-api ini juga cenderung tidak bertahan lama, dibandingkan dengan
gunung-api campuran yang terus bertambah lapisannya setiap kali terjadi letusan
dari satu lubang.
3.
Kerucut
semburan (spatter cone)
4.
Kubah atau sumbat lava (lava plug)
Sifat
kekentalan magma meningkat sebanding dengan penambahan kandungan silika.
Sebagian andesit dan dasit yang sangat asam, akan mudah membentuk kubah, yang
kadang-kadang disertai dengan lidah lava tebal menonjol pada bagian bawahnya.
Banyak contoh dapat ditemukan di Indonesia, misalnya di erupsi Galunggung 1918,
Kelud 1920, dan Merapi. Sekitar 40 kubah lava di Indonesia telah dideskripsi
menjadi beberapa tipe. Hartmann menaksir bahwa separuh jumlah gunungapi aktif
memproduksi kubah lava dengan kandungan 55% Si02, miskin gas, dan
dengan suhu sekitar 95oC.
Bentuk kubah
dipengaruhi oleh konfigurasi dari tempat lava diekstrusikan. Kubah tumbuh
seiring dengan penambahan energi dari dalam sehingga luar lapisan sangat
diregangkan. Akan terjadi semacam stratifikasi mantel berurutan yang paralel
dari luar ke dalam dengan ketebalan sampai beberapa meter. Kubah yang terbentuk
mempunyai kemiringan kubah antara 35°- 40°. Akhir pembentukan kubah lava akan
membentuk depresi di bagian puncaknya. Depresi ini merupakan hasil berbagai
faktor, seperti penyusutan oleh pendinginan, atau berhentinya tekanan keatas.
Kubah Lava
-
Terbentuk
dari kumpulan aliran lava yang muncul di puncak seputar kawah gunung api
-
Bermorfologi
kubah, yang dibentuk dalam satu periode erupsi.
-
Magma
bersifat kental, sehingga hanya menumpuk di atas lubang kepundan membentuk
bukit atau kubah batuan beku.
-
Dalam
pertumbuhannya, bagian luar kubah mendingin dan mengeras, yang selanjutnya
diterobos oleh aliran lava berikutnya.
-
Karena
pada bagian luar mengeras, maka pada batas antara
lava lama (keras di bawah) dan lava baru (plastis di atas)
terbentuk perlapisan terpisah. Oleh proses pendinginan dan pengerasan
yang tidak bersamaan, bagian yang plastis mudah runtuh, gugur menuruni lereng membentuk
guguran kubah lava
5.
Blok Lava
6.
Kerucut Volkan
Proses geomorfologi yang terjadi
pada tubuh gunungapi memberikan karakteristik lahan yang berbeda baik dalam
bentuk relief morfologi, tipe batuan, tanah, kondisi hidrologi, vegetasi dan
penggunaan lahan. Verstappen (1964) dan Widiyanto (1999) membagi tubuh
gunungapi secara umum menjadi 9 satuan bentuklahan dan menjelaskan
karakteristiknya sebagai berikut :
SATUAN BENTUK LAHAN ASAL VULKANIK
1. Kawah merupakan cekungan pada puncak atau
bagian lereng gunungapi yang merupakan tempat keluarnya magma ke permukaan.
Neck akan menghubungkan kawah dengan dapur magma yang terdapat di dalam bumi.
Bentuk cekung pada kawah menyebabkan air hujan dapat tertampung dalam kawah
sehingga akan terbentuk danau kawah.
2. Kaldera merupakan kawah yang besar. Kaldera
terbentuk dari kawah yang runtuh akibat erupsi gas yang kuat. Pada saat erupsi
gas, material di dalam kawah tersebut tersembur keluar sehingga bagian dalam
kawah menjadi kosong. Kekosongan material dalam kawah ini mengakibatkan dinding
kawah menjadi labil. Akibat goncangan dan gaya berat maka dinding kawah akan
runtuh sehingga terbentuk kaldera.
3. Kerucut gunungapi merupakan bagian tubuh gunungapi
paling atas yang langsung mendapat material dari kawah saat terjadi erupsi.
Gerakan material pada kerucut gunungapi adalah gerakan gravitatif, yaitu
gerakan yang dipengaruhi oleh tenaga gravitasi bumi. Kerucut gunungapi memiliki
lereng yang sangat curam dan terdapat lembah-lembah dalam. Material endapannya
merupakan campuran bahan erupsi yang masih sangat kasar hingga kasar, Kerucut
gunungapi didominasi oleh aktifitas pengangkutan dan longsor lahan.
4. Lereng gunungapi merupakan satuan bentuklahan yang
terdapat di bawah kerucut gunungapi, dengan proses dominan berupa pengangkutan
material secara gravitatif dan oleh tenaga air. Lereng terbentuk dari hasil
endapan material erupsi yang berlangsung secara bertahap. Kemiringan lereng di
satuan bentuklahan ini bervariasi dari curam sampai agak curam dengan aktifitas
longsor lahan dan pengangkutan oleh air. Ciri lain yang umum adalah telah
digunakannya untuk lahan pertanian, permukiman, peternakan, perkebunan dan
pariwisata. Biasanya lereng gunungapi ini memiliki bentuk yang belum teratur
dengan lembah-lembah yang dalam.
5. Kaki gunungapi dicirikan oleh lereng yang agak
curam sampai agak landai. Kaki gunungapi didominasi oleh pengendapan
materi gunungapi misalnya yang melalui lembah-lembah sungai. Materi yang
diendapkan antara lain lumpur, endapan lava dan materi piroklastik. Proses
pengangkutan mulai berkurang yang disebabkan oleh kemiringan lereng yang mulai
berkurang. Proses gravitatif yang terjadi juga mulai lemah.
6. Dataran kaki gunungapi merupakan
satuan bentuklahan yang lebih datar dan terbentuk dari pengendapan material
oleh proses fluvial. Proses sedimentasi pada lembah sungai mulai aktif
karena adanya penurunan kemiringan lereng yang memungkinkan terjadinya
pengendapan yang cukup besar. Kemiringan lerengnya bervariasi dari agak landai
sampai landai. Pemanfaatan lahan untuk pertanian mulai berkembang. Material
permukaan didominasi oleh kerikil hingga pasir kasar. Proses erosi pada unit
ini mulai lebih kecil dari pengendapannya. Secara umum proses erosi yang tampak
adalah dari erosi lembar sampai erosi alur.
7. Dataran fluvio gunungapi merupakan satuan
bentuklahan dengan topografi datar dan terbentuk oleh pengendapan dari proses
fluvial. Proses pengendapan yang terjadi lebih intensif serta material utamanya
berupa pasir sedang hingga halus pada bagian atasnya. Di sini pemanfaatan lahan
untuk pertanian dan permukiman lebih berkembang.
8. Medan lava dan medan lahar. Medan lava
terbentuk oleh adnya aliran lava melalu lembah-lembah dan hasil erupsi
gunungapi. Karakeristik satuan bentuklahan ini berupa daerah yang bergelombang
tak teratur. Medan lava akan terbentuk bila terjadi curahan lava pada volume
yang sangat besar yang umumnya berupa lava basalt. Medan lava ini diyakini
berhubungan erat dengan adanya erupsi melalui rekahan, baik yang muncul di
sekitar kawah maupun kerucut gunungapi.
BENTUKLAHAN ASAL PROSES FLUVIAL
PENGERTIAN
GEOMORFOLOGI FLUVIAL
Satuan
geomorfologi yang pembentukannya erat hubungannya dengan proses fluviatil.
Proses fluviatil adalah semua proses yang terjadi di alam baik fisika, maupun
kimia yang mengakibatkan adanya perubahan bentuk permukaan bumi, yang
disebabkan oleh aksi air permukaan, baik yang merupakan air yang mengalir
secara terpadu (sungai), maupun air yang tidak terkonsentrasi ( sheet water).
Proses fluviatil akan menghasilkan suatu bentang alam yang khas sebagai akibat
tingkah laku air yang mengalir di permukaan. Bentang alam yang dibentuk dapat
terjadi karena proses erosi maupun karena proses sedimentasi yang dilakukan
oleh air permukaan.
SUNGAI
a. Pengertian
sungai
Sungai adalah permukaan air yang mengalir mengikuti
bentuk salurannya.
b. Klasifikasi
lembah sungai
-
Klasifikasi lembah sungai berdasarkan
atas genetic (asal mula pembentukan)
1) Sungai
Konsekuen adalah sungai yang berkembang dan mengalir searah lereng topografi
aslinya. Sungai konsekuen sering diasosiasikan dengan kemiringan asli dan
struktur lapisan batuan yang ada dibawahnya. Selama tidak dipakai sebagi
pedoman, bahwa asal dari pembentukan sungai konsekuen adalah didasarkan atas
lereng topografinya bukan pada kemiringan lapisan batuannya.
2) Sungai
Subsekuen adalah sungai yang berkembang disepanjang suatu garis atau zona yang
resisten. sungai ini umumnya dijumpai mengalir disepanjang jurus perlapisan
batuan yang resisten terhadap erosi, seperti lapisan batupasir. Mengenal dan
memahami genetika sungai subsekuen seringkali dapat membantu dalam penafsiran
geomorfologi. Sungai Resekuen. Lobeck (1939) mendefinisikan sungai resekuen
sebagai sungai yang mengalir searah dengan arah kemiringan lapisan batuan sama
seperti tipe sungai konsekuen. Perbedaanya adalah sungai resekuen berkembang
belakangan.
3) Sungai
obsekuen adalah sungai yang mengalir berlawanan arah dengan kemirigan dip
batuan atau berlawanan dengan aliran sungai konsekuen. Sungai ini biasanya
merupakan cabang sungai subsekuen.
4) Sungai
Resekuen adalah sungai yang alirannya searah dengan sungai konsekuen tetapi
terbentuknya kemudian setelah pengangkatan. Sungai resekuen biasanya merupakan
cabang sungai subsekuen
5) Sungai
Insekuen adalah sungai yang arah alirannya tidak teratur. sungai ini mencari
batuan yang lebih lunak untuk diterobos seperti daerah yang berstadia tua dan
mengalami erosi kuat.
6) Sungai
Superposed atau sungai Superimposed adalah sungai yang terbentuk diatas
permukaan bidang struktur dan dalam perkembangannya erosi vertikal sungai
memotong ke bagian bawah hingga mencapai permukaan bidang struktur agar supaya
sungai dapat mengalir ke bagian yang lebih rendah. Dengan kata lain sungai
superposed adalah sungai yang berkembang belakangan dibandingkan pembentukan
struktur batuannya.
7) Sungai
Antecedent adalah sungai yang lebih dulu ada dibandingkan dengan keberadaan
struktur batuanya dan dalam perkembangannya air sungai mengikis hingga ke
bagian struktur yang ada dibawahnya. Pengikisan ini dapat terjadi karena erosi
arah vertikal lebih intensif dibandingkan arah lateral.
-
Klasifikasi lembah sungai berdasarkan
atas bentuk lembah
1) Dendritik
: pola pengaliran dengan bentuk seperti pohon, dengan anak-anak sungai dan
cabang-cabangnya mempunyai arah yang tidak beraturan. Umumnya berkembang pada
batuan yang resistensinya seragam, batuan sedimen datar, atau hampir datar,
daerah batuan beku masif, daerah lipatan, daerah metamorf yang kompleks.
Kontrol struktur tidak dominan di pola ini, namun biasanya pola aliran ini akan
terdapat pada daerah punggungan suatu antiklin.
2) Radial,
adalah pola pengaliran yang mempunyai pola memusat atau menyebar dengan 1 titik
pusat yang dikontrol oleh kemiringan lerengnya.
3) Rectanguler
: pola pengaliran dimana anak-anak sungainya membentuk sudut tegak lurus dengan
sungai utamanya, umumnya pada daerah patahan yang bersistem (teratur).
4) Trellis,
adalah bentuk seperti daun dengan anak-anak sungai sejajar. Sungai utamanya
biasanya memanjang searah dengan jurus perlapisan batuan. Umumnya terbentuk
pada batuan sedimen berselang-seling antara yang mempunyai resistensi rendah
dan tinggi. Anak-anak sungai akan dominan terbentuk dari erosi pada batuan
sedimen yang mempunyai resistensi rendah.
-
Klasifikasi lembah sungai berdasarkan
atas struktur pengontrol
Sungai
Anteseden adalah sungai yang tetap mempertahankan arah aliran airnya walaupun
ada struktur geologi (batuan) yang melintang. Hal ini terjadi karena kekuatan
arusnya, sehingga mampu menembus batuan yang merintanginya. Sungai Superposed,
adalah sungai yang melintang, struktur dan prosesnya dibimbing oleh lapisan
batuan yang menutupinya.
-
Klasifikasi lembah sungai berdasarkan
atas sifat aliran
1) Sungai Permanen/Perennial
: yaitu sungai yang mengalirkan
air sepanjang tahun dengan debit yang relatif tetap. Dengan demikian antara
musim penghujan dan musim kemarau tidak terdapat perbedaan aliran yang
mencolok. Tipe sungai ini biasanya terdapat didaerah yang beriklim basah,
daerah kutub, dan subkutub. Di Indonesia tipe sungai ini
berkembang apabila kondisi lahannya dapat mendukung. Contoh : Sungai permanen
di Indonesia.
2) Sungai Musiman/Periodik/Intermitten : yaitu
sungai yang aliran airnya tergantung pada musim. Pada musim penghujan ada
alirannya dan musim kemarau sungai kering. Berdasarkan sumber airnya sungai
intermitten dibedakan : a) Spring fed intermitten river yaitu sungai
intermitten yang sumber airnya berasal dari air tanah dan b) Surface fed
intermitten river yaitu sungai intermitten yang sumber airnya berasal dari
curah hujan atau penciran es.
3) Sungai Tidak Permanen/Ephemeral : yaitu
sungai tadah hujan yang mengalirkan airnya sesaat setelah terjadi hujan. Karena
sumber airnya berasal dari curah hujan maka pada waktu tidak hujan sungai
tersebut tidak mengalirkan air.
c. Tiga
aktivitas utama sungai
-
Erosi
Erosi
adalah lepasnya material dasar dari tebing sungai. Erosi yang dilakukan oleh
air dapat dilakukan dengan berbagai cara, yaitu
1) Quarrying,
yaitu pendongkelan batuan yang dilaluinya.
2) Abrasi,
yaitu penggerusan terhadap batuan yang dilewatinya.
3) Scouring,
yaitu penggerusan dasar sungai akibat adanya ulakan sungai, misalnya pada
daerah cut off slope pada Meander.
4) Korosi,
yaitu terjadinya reaksi terhadap batuan yang dilaluinya.
Berdasarkan arahnya, erosi dapat dibedakan menjadi
Berdasarkan arahnya, erosi dapat dibedakan menjadi
5) Erosi
vertikal, erosi yang arahnya tegak dan cenderung terjadi pada daerah bagian
hulu dari sungai menyebabkan terjadinya pendalaman lembah sungai.
6) Erosi
lateral, yaitu erosi yang arahnya mendatar dan dominan terjadi pada bagian
hilir sungai, menyebabkan sungai bertambah lebar .
7) Erosi
yang berlangsung terus hingga suatu saat akan mencapai batas dimana air sungai
sudah tidak mampu mengerosi lagi dikarenakan sudah mencapai erosion base level.
8) Erosion
base level ini dapat dibagi menjadi ultimate base level yang base levelnya
berupa permukaan air laut dan temporary base level yang base levelnya lokal
seperti permukaan air danau, rawa, dan sejenisnya. Intensitas erosi pada suatu
sungai berbanding lurus dengan kecepatan aliran sungai tersebut. Erosi akan
lebih efektif bila media yang bersangkutan mengangkut bermacam-macam material.
Erosi memiliki tujuan akhir meratakan sehingga mendekati ultimate base level.
a. Transportasi
Transportasi
adalah terangkutnya material hasil erosi, dengan cara terbawa dalam larutan,
melompat, menggelinding. Transportasi mengangkut material oleh suatu tubuh air
yang dinamis yang diakibatkan oleh tenaga kinetis yang ada pada sungai sebagai
efek dari gaya gravitasi
Dalam membahas transportasi sungai dikenal istilah :
Dalam membahas transportasi sungai dikenal istilah :
·
stream capacity : jumlah beban maksimum
yang mampu diangkat oleh aliran sungai
·
stream competance : ukuran maksimum
beban yang mampu diangkut oleh aliran sungai.Sungai mengangkut material hasil
erosinya secara umum melalui 2 mekanisme, yaitu mekanisme bed load dan
suspended load .
Mekanisme
bed load : pada proses material-material tersebut terangkut sepanjang dasar
sungai, dibedakan menjadi beberapa cara, antara lain :
·
Traction : material yang diangkut
terseret di dasar sungai.
·
Rolling : material terangkut dengan cara
menggelinding di dasar sungai.
·
Saltation : material terangkut dengan
cara menggelinding pada dasar sungai.
Mekanisme
suspended load : material-material terangkut dengan cara melayang dalam tubuh
sungai, dibedakan menjadi :
·
Suspension : material diangkut secara
melayang dan bercampur dengan air sehingga menyebabkan sungai menjadi keruh.
·
Solution : material terangkut, larut
dalam air dan membentuk larutan kimia.
b. Deposisi
Proses
sedimentasi yang terjadi ketika sungai tidak mampu lagi mengangkut material
yang dibawanya. Apabila tenaga angkut semakin berkurang, maka material yang
berukuran kasar akan diendapkan terlebih dahulu baru kemudian diendapkan
material yang lebih halus. Ukuran material yang diendapkan berbanding lurus
dengan besarnya energi pengangkut, sehingga semakin ke arah hillir ukuran butir
material yang diendapkan semakin halus.
BENTUKLAHAN
BENTUKAN ASAL FLUVIAL
1.
Dataran
aluvial
Dataran
alluvial merupakan dataran yang
terbentuk akibat proses-proses geomorfologi yang lebih didominasi oleh tenaga
eksogen antara lain iklim, curah hujan, angin, jenis batuan, topografi, suhu,
yang semuanya akan mempercepat proses pelapukan dan erosi. Hasil erosi diendapkan
oleh air ke tempat yang lebih rendah atau mengikuti aliran sungai.
Dataran
alluvial menempati daerah
pantai, daerah antar gunung, dan dataran lembah sungai. daerah alluvial ini
tertutup oleh bahan hasil rombakan dari daerah sekitarnya, daerah hulu ataupun
dari daerah yang lebih tinggi letaknya. Potensi air tanah daerah ini ditentukan
oleh jenis dan tekstur batuan.
2.
Dataran
banjir
Dataran
banjir berupa dataran yang luas yang berada pada kiri kanan sungai yang
terbentuk oleh sedimen akibat limpasan banjir sungai tersebut. Umumnya berupa
pasir, lanau, dan lumpur.
3.
Tanggul
alam sungai (natural levee)
Tanggul
yang terbentuk akibat banjir sungai di wilayah dataran rendah yang berperan
menahan air hasil limpasan banjir sehingga terbentuk genangan yang dapat kembali
lagi ke sungai. Seiring dengan proses yang berlangsung kontinyu akan terbentuk
akumulasi sedimen yang tebal sehingga akhirnya membentuk tanggul alam.
4.
Rawa
belakang (backswamps)
Backswamp atau Rawa belakang
adalah bagian dari dataran banjir
dimana simpanan tanah liat menetap setelah banjir.
Backswamps biasanya terletak di belakang sungai alam sebuah tanggul.
Kemudian kembali rawa-rawa yang terletak agak jauh dari
saluran sungai di dataran banjir tersebut. Ketika air tumpah ke dataran banjir,
material terberat tetes keluar pertama dan materi terbaik dilakukan jarak yang
lebih besar
Relief
:
Cekung – datar
Batuan/struktur
:Berlapis, tidak
kompak
Proses :Sedimentasi
Karakteristik :Relief cekung -
datar, selalu tergenang, proses sedimentassi.
5.
Kipas
aluvial
Bila
suatu sungai dengan muatan sedimen yang besar mengalir dari bukit atau
pegunungan, dan masuk ke dataran rendah, maka akan terjadi perubahan gradien
kecepatan yang drastis, sehingga terjadi pengendapan material yang cepat, yang
dikenal sebagai kipas aluvial, berupa suatu onggokan material lepas, berbentuk
seperti kipas, biasanya terdapat pada suatu dataran di depan suatu gawir.
Biasanya pada daerah kipas aluvial terdapat air tanah yang melimpah. Hal ini
dikarenakan umumnya kipas aluvial terdiri dari perselingan pasir dan lempung
sehingga merupakan lapisan pembawa air yang baik.
6.
Teras
sungai
teras
sungai dapat dimanfaatkan untuk mengetahui proses-proses yang telah terjadi di
masa lalu. teras sungai merupakan satu morfologi yang sering dijumpai pada
sungai. Proses deposisi, proses migrasi saluran, proses erosi sungai meander
dan aliran overbank sangat
berperan dalam pembentukan dan perkembangan dataran banjir. Faktor yang mempengaruhi proses pembentukan dan perkembangan teras sungai adalah perubahan base level of erosion dan perubahan iklim
berperan dalam pembentukan dan perkembangan dataran banjir. Faktor yang mempengaruhi proses pembentukan dan perkembangan teras sungai adalah perubahan base level of erosion dan perubahan iklim
7.
Gosong
sungai (point bar)
Relief : Datar –
berombak
Batuan/struktur : Berlapis, tidak kompak
Proses :Sedimentasi
Karakteristik : Terbentuk pada tubuh
sungai bagian hilir, bagian hulu gosong tumpul dan bagian hilir menyudut.
8.
Sungai
teranyam (braided stream)
Terbentuk
pada bagian hilir sungai yang memiliki slope hampir datar – datar, alurnya luas
dan dangkal. terbentuk karena adanya erosi yang berlebihan pada bagian hulu
sungai sehingga terjadi pengendapan pada bagian alurnya dan membentuk endapan
gosong tengah. Karena adanya endapan gosong tengah yang banyak, maka alirannya
memberikan kesan teranyam. Keadaan ini disebut juga anastomosis( Fairbridge,
1968).
9.
Sungai
meander dan enteranched meander
Bentukan
pada dataran banjir sungai yang berbentuk kelokan karena pengikisan tebing
sungai, daerah alirannya disebut sebagai Meander Belt. Meander ini terbentuk
apabila pada suatu sungai yang berstadia dewasa/tua mempunyai dataran banjir
yang cukup luas, aliran sungai melintasinya dengan tidak teratur sebab adanya
pembelokan aliran Pembelokan ini terjadi karena ada batuan yang menghalangi
sehingga alirannya membelok dan terus melakukan penggerusan ke batuan yang
lebih lemah.
10. Delta dan macamnya
Delta
adalah bentang alam hasil sedimentasi sungai pada bagian hilir setelah masuk
pada daerah base level. Pada saat aliran air mendekati muara, seperti danau
atau laut maka kecepatan aliranya menjadi lambat. Akibatnya, terjadi
pengendapan sedimen oleh air sungai. Pasir akan diendapkan sedangkan tanah liat
dan lumpur akan tetap terangkut oleh
aliran air. Setelah sekian lama , akan terbentuk lapisan - lapisan
sedimen. Akhirnya lapian lapisan sedimen
membentuk dataran yang luas pada bagian sungai yang mendekati muaranya dan
membentuk delta.
Pembetukan
delta memenuhi beberapa syarat. Pertama, sedimen yang dibawa oleh sungai harus
banyak ketika akan masuk laut atau danau. Kedua, arus panjang di sepanjang
pantai tidak terlalu kuat. Ketiga , pantai harus dangkal. Contoh bentang alam
ini adalah delta Sun
DANAU
TAPAL KUDA (OXBOW LAKE)
Oxbow lake atau danau tapal kuda merupakan danau yang
terbentuk bila sungai yang berkelok-kelok atau sungai meander
melintasi daratan mengambil jalan pintas dan meninggalkan potongan-potongan
yang akhirnya membentuk danau tapal kuda. Oxbow lake terbentuk dari waktu ke
waktu sebagai akibat dari erosi dan sedimentasi dari tanah disekitar sungai
meander.
Meander dapat didefinisikan sebagai aliran sungai yang berbelok-belok
secara teratur dengan arah pembelokan lebih atau kurang 180%. Meander merupakan
bentuk aliran sungai pada daerah datar yang berliku-liku, baik datar karena
endapan alluvial atau karena peneplainisasi. Proses berkelok-keloknya sungai
dimulai dari sungai bagian hulu. Pada bagian hulu, volume air kecil dan tenaga
yang terbentuk juga kecil. Akibatnya sungai mulai menghindari penghalang dan
mencari rute yang paling mudah dilewati. Sementara, pada bagian hulu belum
terjadi pengendapan.
Pada bagian tengah, yang wilayahnya
mulai datar aliran air mulai lambat dan membentuk meander. Proses meander terjadi
pada tepi sungi, baik bagian dalam maupun tepi luar. Di bagian sungai yang
aliranya cepat akan terjadi pengikisan sedangkan bagian tepi sungai yang lamban
alirannya akan terjadi pengendapan.
Apabila hal itu berlangsung secara
terus-menerus akan membentuk meander. Meander biasanya terbentuk pada sungai
bagian hilir, dimana pengikisan dan Pengendapan terjadi secara berturut turut.
Bagian belokan meander yang hampir bersentuhan karena perkembangan erosi
disebut neck.
Akibat putusnya neck oleh trobosan aliran sungai dapat terbentuk danau
oxbow lake atau mort lake. Oxbow lake banyak ditemukan pada sungai. Sungai
dewasa adalah sungai yang berliku-liku dan mempunyai suatu dataran yang mudah
untuk dilanda banjir. Jika peremajaan sungai terjadi maka erosi sungai meander
dapat meningkat kearah dalam dan terbentuk meander sungai dengan tebing terjal,
sungai seperti itu disebut incised atau ontrenched meander.
1)
Teori terbentuknya meander
a.
Menurut J.A Panne Koek
Terbentuknya
meander ialah karena aanya reaksi yang wajar dari aliran sungai terhadap
batu-batuan yang relative homogen dan tidak begitu tahan terhadap erosi.
b.
Menurut Ferrel
Bagaimanapun arah
aliran sungai akan mengalami pengaruh dari pada reaksi bumi. Di permukaan bumi
semua arus mengalami pembelokan sebagai akibat dari rotasi bumi yaitu disebelah
utara equator membelok ke kiri.
Oleh karena hal
ini, maka sungai yang sebetulnya hendak mengalir lurus terpaksa mengalami
pembelokan dan tebingnya yang sebelah mengalami erosi lebih besar daripada
tebing yang lain. Apabila sekali terjadi pembelokan maka belokan yang lain akan
menyusul, hal ini disebabkan terjadi arus helioceida yang timbul pada waktu
sungai arahnya berbelok.
2) Pengaruh erosi dan sedimentasi pada meander
Erosi ke samping
(lateral) menyebabkan lembah bertambah lebar dan membentuk kelokan-kelokan.
Bentuk kelokan sungai yang khas dinamakan meander, yaitu kelokan sungai yang
teratur berbentuk setengah lingkaran, terdapat di bagian tengah dan hilir
aliran sungai.
Erosi vertical
membuat lembah bertambah dalam. Air terjun terbentuk jika erosi vertical
mendapat hambatan di suatu tempat, misalnya batuan yang keras, sementara batuan
di tempat yang berdampingan di hilirnya lebih lunak. Erosi mudik terjadi juga
di air terjun. Erosi mudik di daerah mata air, menyebabkan sungai bertambah
panjang ke arah hulu.
Proses
sedimentasi menghasilkan berbagai bentukan yang terletak di tengah lembah,
dibagian dalam kelokan atau meander, dan di muara sungai. Pengendapan di muara
sungai akan membentuk delta, apabila lautnya dangkal dan arusnya tidak terlalu
kuat. Pengendapan di bagian tepi lembah terjadi pada waktu banjir akan
membentuk tanggul-tanggul alam dan dataran banjir. Dataran banjir merupakan
lahan yang baik untuk persawahan atau pertanian lahan kering.
3)
Pembentukan meander dan oxbow lake
Belokan-belokan
sungai ini akan bertambah lebar sehingga pada waktu air pasang, terdapat
hubungan langsung antara lingkaran yang satu dan lingkaran yang lain. Selama
air pasang, terjadilah pengikisan dan pemindahan material batuan di sepanjang lembah
sungai. Akibatnya ketika air surut terputuslah lingkaran-lingkaran dan
terbentuklah cabang-cabang yang mati, serta danau-danau dan payau-payau yang
melengkung. Sungai-sungai besar seperti sungai indragiri dan sungai Musi di
sumatera, sungai Kapuas di Kalimantan, sungai Balim di Irian atau sungai
Bengawan Solo di Jawa dengan jelas memperlihatkan gejala-gejala di atas.
4) Macam-macam meander
a.
Meander mendalam
Meander mendalam
adalah meander yang terjadinya disebabkan adanya erosi vertical dan erosi
lateral, sehingga erosinya melebab dan mendalam.
b.
Meander berteras
Meander berteraas
adalah meander yang terjadinya karena adanya pengangkatan yang
bertingkat-tingkat, sehingga pada tepi-tepi lembah pada sisi kiri dan kanan
terjadai teras-teras yang bertingkat.
c.
Meander lembah
Meander lembah
adalah meander yang terdapat pada lembah yang sudah mencapai stadium dewasa,
ketika lebar dari meander lembah ini 20x lebar saluran.
d.
Meander bebas
Meander bebas
adalah meander yang jalur meandernya tidak tertentu. Meander ini terjadi pada
sungai yang sudah mencapai stadium tua dan banyak sekali bekas-bekas yang telah
ditinggalkan.
e.
Meander pengikisan
Meander
pengikisan adalah meander yang terjadinya karena ada pengangkatan atau
penurunan permukaan laut( dapat juga dikatakan karena adanya perubahan
gravitasi atau perubahan erosi basis) sehingga akan mengakibatkan erosi
vertical aktif lagi.
5) Meander dan bagian-bagiannya
-
Neck = bagian leher dari meander
-
Spur = bagian kepala dari meander
-
Undercut Slope= bagian dari
lengkung meander
-
Slip Off slope = bagian lengkung
meander yang selalu mendapat sedimentasi
-
Oxbow lake = bekas spur yang telah
ditinggalkan dan sekarang berbentuk seperti danau
6) Formasi Oxbow Lake
a.
Awalnya sungai meander yang
terbentuk aliran airnya relatif datar karena liku-liku yang ada belum terlalu
melengkung, sehingga arus air sungai masih pelan.
b.
Air mulai mengalir dengan kecepatan
yang berbeda, ketika mengalir pada lekukan pada suatu sungai kelok-kelok. Air
yang melewati lekukan yang menjorok keluar (cut bank) akan menyebabkan
terjadinya erosi secara terus-menerus. Cut bank merupakan zone tanah yang
tererosi oleh aliran sungai dalam pembentukan meander. Sehingga erosi yang
terjadi dalam waktu yang lama akan menyebabkan cut bank semakin melebar.
c.
Sementara itu, di sisi lekukan yang
lain akan terjadi pengendapan yang menyebabkan terbentuknya point bar. Point
bar merupakan proses sedimentasi yang dominan di dalam alur sungai. Bentuk dan
ukuran point bar bervariasi tergantung pada besarnya alur sungai serta
berkembang pada bagian lengkung dalam (inner band) alur
sungai.
d.
Dalam jangka waktu yang panjang,
cut bank akan melebar ke arah luar dan juga point bar akan melebar ke arah
sungai karena pengendapan yang terus terjadi, sehingga akan terbentuk lekukan
yang semakin tajam.
e.
Lekukan tersebut lama-lama akan
membentuk "neck" yaitu ujung dari lekukan yang seperti akan terhubung
dengan ujung lekukan yang lain.
f.
Selanjutnya, "neck" akan
semakin menyempit karena proses erosi yang terus menerus. Jika terjadi hujan,
air akan mampu menggenangi "neck" tersebut, sehingga air hujan akan
mampu mengerosi lekukan tepi sungai yang kemudian akan mampu membentuk aliran
sungai baru yang lebih lurus. Karena hal tersebut air yang mengalir tidak lagi
melewati lekukan tapi lebih memilih untuk mengalir pada saluran yang lurus.
g.
Pemisahan yang akhirnya
memotong (cut-off) "neck" dari sungai akan
meninggalkan lekukan sungai tersebut yang kemudian akan terbentuk oxbow lake.
Air di dalam oxbow lake tidak lagi dialiri oleh air sungai, sehingga debit air
di dalam oxbow lake akan tetap. Dalam waktu yang lama air dalam danau akan
menjadi asam karena tidak ada sirkulasi air. Akhirnya oxbow lake seakan-akan
membentuk seperti kolam .
BENTUKLAHAN ASAL PROSES AEOLIN
Bentuklahan
asal proses aeolin dapat terbentuk dengan baik jika memiliki persyaratan
sebagai berikut :
1.
Tersedia material berukuran pasir halus
hingga pasir kasar dengan jumlah yang banyak
2.
Adanya periode kering yang panjang dan
tegas
3.
Adanya angin yang mampu mengangkut dan
mengendapkan bahan pasir tersebut
4.
Gerakan angin tidak banyak terhalang
oleh vegetasi maupun objek yang lain.
Endapan
oleh angin terbentuk oleh adanya pengikisan,pengangkutan dan pengendapan
bahan-bahan tidak kompak oleh angin. Endapan karena angin yang paling utama
adalah gumuk pasir(sandunes),dan endapan debu(loose). Kegiatan angin mempunyai
dua aspek utama,yaitu bersifat erosif dan deposisi. Bentuklahan yang berkembang
terdahulu mungkin akan berkembang dengan baik apabila di padang pasir terdapat
batuan. Pada hakekatnya bentuklahan asal proses eolin dapat dibagi menjadi 3,
yaitu :
1. Erosional,
contohnya : lubang angin dan lubang ombak
2. Deposisional,
contohnya : gumuk pasir (sandunes)
3. Residual
, contohnya : lag deposit, deflation hollow , dan pans
SATUAN
BENTUK LAHAN ASAL PROSE AEOLIN:
1.
Gumuk
Pasir atau Sandunes
Gumuk
pasir adalah gundukan bukit atau igir dari pasir yang terhembus angin. Gumuk
pasir dapat dijumpai pada daerah yang memiliki pasir sebagai material utama,
kecepatan angin tinggi untuk mengikis dan mengangkut butir-butir berukuran
pasir, dan permukaan tanah untuk tempat pengendapan pasir, biasanya terbentuk
di daerah arid (kering).
Bentuk
gumuk pasir bermacam-macam tergantung pada faktor-faktor jumlah dan ukuran
butir pasir, kekuatan dan arah angin, dan keadaan vegetasi. Bentuk gumuk pasir
pokok yang perlu dikenal adalah bentuk sabit (barchans),melintang (transverse),
memanjang (longitudinal dune), parabola (parabolik), bintang (star dune).
Secara
garis besar, ada dua tipe gumuk pasir, yaitu free dunes (terbentuk tanpa adanya
suatu penghalang) dan impedeed Dunes (yang terbentuk karena adanya suatu
penghalang).Beberapa tipe gumuk pasir
a.
Gumuk
Pasir sabit (barchan)
Gumuk
pasir ini bentuknya menyerupai bulan sabit dan terbentuk pada daerah yang tidak
memiliki barrier.(penghalang) Besarnya kemiringan lereng daerah yang menghadap
angin lebih landai dibandingkan dengan kemiringan lereng daerah yang
membelakangi angin, sehingga apabila dibuat penampang melintang tidak simetri.
Ketinggian gumuk pasir barchan umumnya antara 5 – 15 meter. Gumuk pasir ini
merupakan perkembangan, karena proses eolin tersebut terhalangi oleh adanya
beberapa tumbuhan, sehingga terbentuk gumuk pasir seperti ini dan daerah yang
menghadap angin lebih landai dibandingkan dengan kemiringan lereng daerah yang
membelakangi angin.
b.
Gumuk
Pasir Melintang (transverse dune)
Gumuk
pasir ini terbentuk di daerah yang tidak berpenghalang dan banyak cadangan
pasirnya. Bentuk gumuk pasir melintang menyerupai ombak dan tegak lurus
terhadap arah angin. Awalnya, gumuk pasir ini mungkin hanya beberapa saja,
kemudian karena proses eolin yang terus menerus maka terbentuklah bagian yang
lain dan menjadi sebuah koloni. Gumuk pasir ini akan berkembang menjadi bulan
sabit apabila pasokan pasirnya berkurang.
c.
Gumuk
Pasir Parabolik
Gumuk
pasir ini hampir sama dengan gumuk pasir barchan akan tetapi yang membedakan
adalah arah angin. Gumuk pasir parabolik arahnya berhadapan dengan datangnya
angin. Awalnya, mungkin gumuk pasir ini berbentuk sebuah bukit dan melintang,
tetapi karena pasokan pasirnya berkurang maka gumuk pasir ini terus tergerus
oleh angin sehingga membentuk sabit dengan bagian yang menghadap ke arah angin
curam.
d.
Gumuk
Pasir Memanjang (longitudinal dune)
Gumuk
pasir memanjang adalah gumuk pasir yang berbentuk lurus dan sejajar satu sama
lain. Arah dari gumuk pasir tersebut searah dengan gerakan angin. Gumuk pasir
ini berkembang karena berubahnya arah angin dan terdapatnya celah diantara
bentukan gumuk pasir awal, sehingga celah yang ada terus menerus mengalami
erosi sehingga menjadi lebih lebar dan memanjang.
e.
Gumuk
Pasir Bintang (star dune)
Gumuk
pasir bintang adalah gumuk pasir yang dibentuk sebagai hasil kerja angin dengan
berbagai arah yang bertumbukan. Bentukan awalnya merupakan sebuah bukit dan
disekelilingnya berbentuk dataran, sehingga proses eolin pertama kali akan
terfokuskan pada bukit ini dengan tenaga angin yang datang dari berbagai sudut
sehingga akan terbentuk bentuklahan baru seperti bintang. Bentuk seperti ini
akan hilang setelah terbentuknya bentukan baru disekitarnya.
2.
Loess
Loess
adalah bentuklahan asal proses eoline yang terbentuk dari bahan endapan angin
yang berukuran debu oleh erosi angin yang berasal dari daerah gurun dan pada
umumnya tidak berlapis. Bentuk lahan ini kemungkinan juga mengandung pasir halus
dan liat. Bahan seperti loess ini menutupi 1/10 daratan di muka bumi. Loess
umumnya berwarna kuning dengan sekurang kurangnya 60%-70% partikel berukuran
debu dan bertekstur geluh berdebu atau geluh liat berdebu. Loess cenderung
pecah-pecah pada sepanjang bidang vertical apabila terkuak oleh erosi air atau
aktivitas manusia. Akibatnya banyak bidang vertical yang stabil yang mencapai
ketinggian 6 m terdapat pada daerah loess di sepanjang sisi lembah dan galian
untuk jalan.
·
Tipe
Impedeed Dunes
a. Blowout
Bentuk : Terdapat penutup lahan (misal : vegetasi) disekitar
cekungan. Terbentuk karena deflasi local
b. Echodunes
Bagian tepi yang memanjang, terpisah dari topografi
penghalang.Proses pembentukan : akumulasi pada zone perputaran aliran angin
karena zone penghalang.
BENTUK LAHAN ASAL DENUDASIONAL
DEFINISI
BENTUK LAHAN ASAL DENUDASIONAL
Denudasi
berasal dari kata dasar nude yang berarti telanjang, sehingga denudasi berarti
proses penelanjangan permukaan bumi. Bentuk lahan asal denudasional dapat
didefinisikan sebagai suatu bentuk lahan yang terjadi akibat proses-proses
pelapukan, erosi, gerak masa batuan (mass wating) dan proses pengendapan yang
terjadi karena agradasi atau degradasi (Herlambang, Sudarno. 2004:42). Proses
degradasi cenderung menyebabkan penurunan permukaan bumi, sedangkan agradasi
menyebabkan kenaikan permukaan bumi.
CIRI-CIRI
BENTUK LAHAN ASAL DENUDASIONAL
1. Relief
sangat jelas: lembah, lereng, pola aliran sungai.
2. Tidak
ada gejala struktural, batuan massif, dep/strike tertutup.
3. Dapat
dibedakan dengan jelas terhadap bentuk lain.
4. Relief
lokal, pola aliran dan kerapatan aliran menjadi dasar utama untuk merinci
satuan bentuk lahan.
5. Litologi
menjadi dasar pembeda kedua untuk merinci satuan bentuk lahan. Litologi
terasosiasi dengan bukit, kerapatan aliran,dan tipe proses.
6. Proses Terbentuknya Bentuk Lahan Asal
Denudasional
Denudasi
meliputi proses pelapukan, erosi, gerak masa batuan (mass wating) dan proses
pengendapan/sedimentasi.
1. Pelapukan
Pelapukan
(weathering) dari perkataan weather dalam bahasa Inggris yang berarti cuaca,
sehingga pelapukan batuan adalah proses yang berhubungan dengan perubahan sifat
(fisis dan kimia) batuan di permukaan bumi oleh pengaruh cuaca. Secara umum,
pelapukan diartikan sebagai proses hancurnya massa batuan oleh tenaga Eksogen,
menurut Olliver(1963) pelapukan adalah proses penyesaian kimia, mineral dan
sifat fisik batuan terhadap kondisi lingkungan di sekitarnya.
Akibat
dari proses ini pada batuan terjadi perubahan warna, misalnya kuning-coklat
pada bagian luar dari suatu bongkah batuan. Meskipun proses pelapukan ini
berlangsung lambat, karena telah berjalandalam jangka waktu yang sangat lama
maka di beberapa tempat telah terjadi pelapukan sangat tebal. Ada juga
daerah-daerah yang hasil pelapukannya sangat tipis, bahkan tidak tampak sama
sekali, hal ini terjadi sebagai akibat dari pemindahan hasil pelapukan pada
tempat yang bersangkutan ke tempat lain. Tanah yang kita kenal ini adalah
merupakan hasil pelapukan batuan. Faktor-faktor yang mempengaruhi pelapukan
adalah:
a.
Jenis batuan (kandungan mineral,
retakan, bidang pelapisan, patahan dan retakan). Batuan yang resisten lebih
lambat terkena proses eksternal sehingga tidak mudah lapuk, sedangkan batuan
yang tidak resisten sebaliknya. Contoh :
-
Limestone, resisten pada iklim kering
tetapi tidak resisten pada iklim basah.
-
Granit, resisten pada iklim basah tetapi
tidak resisten pada iklim kering.
b.
Iklim, terutama tenperatur dan curah
hujan sangat mempengaruhi pelapukan.Contoh :
-
Iklim kering, jenis pelapukannya fisis
-
Iklim basah, jenis pelapukannya kimia
-
Iklim dingin, jenis pelapukannya
mekanik.
c.
Vegetasi, atau tumbuh-tumbuhan mempunyai
peran yang cukup besar terhadap proses pelapukan batuan. Hal ini dapat terjadi
karena:
-
Secara mekanis akar tumbuh-tumbuhan itu
menembus batuan, bertambah panjang dan membesar menyebabkan batuan pecah.
-
Secara kimiawi tumbuh-tumbuhan melalui
akarnya mengeluarkan zat-zat kimia yang dapat mempercepat proses pelapukan
batuan. Akar, batang, daun yang membusuk dapat pula membantu proses pelapukan,
karena pada bagian tumbuhan yang membusuk akan mengeluarkan zat kimia yang
mungkin dapat membantu menguraikan susunan kimia pada batuan. Oleh karena itu,
jenis dan jumlah tumbuhan yang ada di suatu daerah sangat besar pengaruhnya
terhadap pelapukan. Sebenarnya antara tumbuh-tumbuhan dan proses pelapukan
terdapat hubungan yang timbal balik.
d.
Topografi
Topografi
yang kemiringannya besar dan menghadap arah datangnya sinar matahari atau arah
hujan, maka akan mempercepat proses pelapukan.
SATUAN
BENTUK LAHAN ASAL DENUDASIOAL
1.
Pegunungan
Denudasional
Karakteristik umum unit mempunyai
topografi bergunung dengan lereng sangat curam (55>140%), perbedaan tinggi
antara tempat terendah dan tertinggi (relief) > 500 m.Mempunyai lembah yang
dalam, berdinding terjal berbentuk V karena proses yng dominan adalah proses
pendalaman lembah (valley deepening)
2.
Perbukitan
Denudasional
Mempunyai
topografi berbukit dan bergelombang dengan lereng berkisar antara 15 > 55%,
perbedaan tinggi (relief lokal) antara 50 -> 500 m.Terkikis sedang hingga
kecil tergantung pada kondisi litologi, iklim, vegetasi penutup daik alami
maupun tata guna lahan. Salah satu contoh adalah pulau Berhala, hamper 72,54
persen pulau tersebut merupakan perbukitan dengan luas 38,19 ha. Perbukitan
yang berada di pulau tersebut adalah perbukitan denudasional terkikis sedang
yang disebabkan oleh gelombang air laut serta erosi sehingga terbentuk
lereng-lereng yang sangat curam.
3.
Dataran
Nyaris (Peneplain)
Akibat
proses denudasional yang bekerja pada pegunungan secara terus menerus, maka
permukaan lahan pada daerah tersebut menurun ketinggiannya dan membentuk
permukaan yang hamper datar yang disebut dataran nyaris (peneplain). Dataran
nyaris dikontrol oleh batuan penyusunan yang mempunyai struktur berlapis
(layer). Apabila batuan penyusun tersebut masih dan mempunyai permukaan yang
datar akibat erosi, maka disebut permukaan planasi.
4.
Perbukitan
Sisa Terpisah (inselberg)
Apabila
bagian depan (dinding) pegunungan/perbukitan mundur akibat proses denudasi dan
lereng kaki bertambah lebar secara terus menerus akan meninggalkan bentuk sisa
dengan lereng dinding yang curam. Bukit sisah terpisah atau inselberg tersebut
berbatu tanpa penutup lahan (barerock) dan banyak singkapan batuan (outcrop(.
Kenampakan ini dapat terjadi pada pegunungan/perbukitan terpisah maupun pada
sekelompok pegunungan/perbukitan, dan mempunyai bentuk membulat. Apabila
bentuknya relative memanjang dengan dinding curam tersebut monadnock.
5.
Kerucut
Talus (Talus cones) atau kipas koluvial (coluvial van)
Mempunyai
topografi berbentuk kerucut/kipas dengan lereng curam (350). Secara individu
fragmen batuan bervariasi dari ukuran pasir hingga blok, tergantung pada
besarnya cliff dan batuan yang hancur. Fragmen berukuran kecil terendapkan pada
bagian atas kerucut (apex) sedangkan fragmen yang kasar meluncur ke bawah dan
terendapkan di bagian bawah kerucut talus.
6.
Lereng
Kaki (Foot slope)
Mempunyai
daerah memanjang dan relatif sermpit terletak di suatu pegunungan/perbukitan
dengan topografi landai hingga sedikit terkikis. Lereng kaki terjadi pada kaki
pegunungan dan lembah atau dasar cekungan (basin). Permukaan lereng kaki
langsung berada pada batuan induk (bed rok). Dipermukaan lereng kaki terdapat
fragmen batuan hasil pelapukan daerah di atasnya yang diangkut oleh tenaga air
ke daerah yang lebih rendah.
7.
Lahan
Rusak (Bad land)
Merupakan
daerah yang mempunyai topografi dengan lereng curam hingga sangat curam dan
terkikis sangat kuat sehingga mempunyai bentuk lembah-lembah yang dalam dan
berdinding curam serta berigir tajam (knife-like) dan membulat. Proses erosi
parit (gully erosion) sangat aktif sehingga banyak singkapan batuan muncul ke
permukaan (rock outcrops).
8.
Rombakan
Kaki Lereng
Rombakan
kaki lereng meurpakan debris batuan yang terkumpul di kaki jurang/tebing
lereng.
BENTUK LAHAN ASAL PROSES MARINE
Geomorfologi
asal marin merupakan bentuk lahan yang terdapat di sepanjang pantai. Proses
perkembangan daerah pantai itu sendiri sangat dipengaruhi oleh kedalaman laut.
Semakin dangkal laut maka akan semakin mempermudah terjadinya bentang alam
daerah pantai, dan semakin dalam laut maka akan memperlambat proses terjadinya
bentang alam di daerah pantai
Pantai yang Tenggelam (Shoreline of submergence). Shoreline of submergence merupakan
jenis pantai yang terjadi apabila permukaan air mencapai atau menggenangi
permukaan daratan yang mengalami penenggelaman. Disebut pantai tenggelam karena
permukaan air berada jauh di bawah permukaan air yang sekarang. Untuk
mengetahui apakah laut mengalami penenggelaman atau tidak dapat dilihat dari
keadaan pantainya. Naik turunnya permukaan air laut selama periode glasial pada
jaman pleistosin menyebabkan maju mundurnya permukaan air laut yang sangat
besar. Selain itu, penenggelaman pantai juga bisa terjadi akibat penenggelaman
daratan. Hal ini terjadi karena permukaan bumi pada daerah tertentu dapat
mengalami pengangkatan atau penurunan yang juga dapat mempengaruhi keadaan
permukaan air laut. Pengaruh ini sangat terlihat di daerah pantai dan pesisir.
Pada bentang lahan yang disebabkan oleh proses geomorfologi, pantai yang tenggelam dapat dibagi menjadi beberapa jenis. Hal ini dapat dilihat dari bentuk pantai yang berbeda sebagai akibat dari pengaruh gelombang dan arus laut. Jenis-jenis pantai tersebut antara lain:
Pada bentang lahan yang disebabkan oleh proses geomorfologi, pantai yang tenggelam dapat dibagi menjadi beberapa jenis. Hal ini dapat dilihat dari bentuk pantai yang berbeda sebagai akibat dari pengaruh gelombang dan arus laut. Jenis-jenis pantai tersebut antara lain:
a.
Lembah sungai yang tenggelam
Pada umumnya
lembah sungai yang tenggelam ini disebut estuarium, sedangkan pantainya disebut
pantai ria. Lembah sungai ini dapat mengalami penenggelaman yang disebabkan
oleh pola aliran sungai serta komposisi dan struktur batuannya.
b.
Fjords(lembah glasial yang
tenggelam)
Fjords
merupakan pantai curam yang berbentuk segitiga atau berbentuk corong. Fjords
atau lembah glasial yang tenggelam ini terjadi akibat pengikisan es. Ciri khas
dari bagian pantai yang tenggelam ini yaitu panjang, sempit, tebingnya terjal
dan bertingkat-tingkat, lautnya dalam, dan kadang-kadang memiliki sisi yang
landai. Pantai fjords ini terbentuk apabila daratan mengalami penurunan secara
perlahan-lahan. Bentang lahan ini banyak terdapat di pantai laut di daerah
lintang tinggi, dimana daerahnya mengalami pembekuan di musim dingin. Misalnya
di Chili, Norwegia, Tanah Hijau, Alaska, dan sebagainya.
c.
Bentuk pengendapan sungai
Bentuk
pengendapan sungai dibedakan menjadi beberapa macam, yaitu: (1) Delta, yaitu
endapan sungai di pantai yang berbentuk segitiga dan cembung ke arah laut; (2)
Dataran banjir, yaitu sungai yang terdapat di kanan dan kiri sungai yang
terjadi setelah sungai mengalami banjir; (3) Kipas alluvial, yaitu bentuk
pengendapan sungai seperti segitiga, biasanya terdapat di daerah pedalaman, dan
ukurannya lebih kecil bila dibandingkan dengan delta, serta sungainya tidak
bercabang-cabang.
d.
Bentuk pengendapan glacial
Bentuk
pengendapan ini disebabkan oleh proses pencairan es.
e.
Bentuk permukaan hasil
diastrofisme
Bentuk
kenampakan ini dapat diilustrasikan sebagai fault scraps (bidang patahan),
fault line scraps (bidang patahan yang sudah tidak asli), graben (terban), dan
hocgbacks. Setelah mengalami penenggelaman, fault scraps, fault line scraps,
dan dinding graben akan langsung menjadi pantai.
f.
Bentuk permukaan hasil
kegiatan gunung api
Jenis pantai yang disebabkan oleh
kegiatan gunung api ini dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu: (1) Merupakan
hasil kegiatan kerucut vulkanis (mound),
yang menyebabkan terbentuknya pantai yang cembung ke luar; (2) Merupakan hasil
kegiatan aliran lava (lava flow),
yang menyebabkan terbentuknya pantai yang cekung ke luar.
Pantai yang Terangkat
(Shoreline of emergence). Pantai ini terjadi akibat adanya pengangkatan
daratan atau adanya penurunan permukaan air laut. Pengangkatan pantai ini dapat
diketahui dari gejala-gejala yang terdapat di lapangan dengan sifat yang khas,
yaitu:
a.
Terdapatnya bagian atau
lubang dataran gelombang yang terangkat
Di daerah ini banyak dijumpai teras-teras pantai (stacks), lengkungan tapak (arches), pantai terjal (cliffs), serta gua-gua pantai (caves).
Di daerah ini banyak dijumpai teras-teras pantai (stacks), lengkungan tapak (arches), pantai terjal (cliffs), serta gua-gua pantai (caves).
b.
Terdapatnya teras-teras
gelombang
Teras
gelombang ini terbentuk pada saat permukaan air mencapai tempat-tempat di mana
teras tersebut berada. Teras-teras ini merupakan batas permukaan air.
c.
Terdapatnya gisik (beaches)
Gisik yaitu
tepian laut yang terdapat di atas permukaan air laut yang terjadi karena adanya
pengangkatan dasar laut.
d.
Terdapatnya laut terbuka
Laut terbuka
ini terjadi karena adanya dasar laut yang terangkat.
e.
Garis pantai yang lurus (straight shoreline)
Erosi
gelombang dan pengendapannya pada laut dangkal cenderung menurunkan bentang
lahan dan menyebabkan dasar laut dasar laut yang dangkal menjadi datar. Apabila
dasar laut yang dangkal tersebut sekarang mengalami pengangkatan, maka garis
pantai yang terbentuk akan kelihatan lurus.
Pantai yang Netral (Neutral
shoreline). Jenis pantai ini terjadi di luar
proses penenggelaman dan pengangkatan, misalnya pantai yang terjadi pada delta,
plain hanyutan, terumbu karang, gunung api, gumuk-gumuk pasir, dan jenis pantai
yang merupakan hasil dari sesar (patahan).
Pantai Majemuk (Compound shorelines) Jenis pantai ini terjadi sebagai
gabungan dua atau lebih proses di atas. Berarti dalam suatu daerah bisa terjadi
proses penenggelaman, pengangkatan, pengendapan, dan sebagainya.
SATUAN BENTUK LAHAN ASAL MARINE
1. Cliff atau pantai bertebing terjal
Pantai bertebing terjal merupakan
bentuk lahan hasil bentukan erosi marin yang paling banyak terdapat. Bentukan
dan roama cliff berbeda stu denagn yang lainya .cliff pada batuan beku akan
lain dengan cliff pada batuan sedimen .pelapisan batuan sedimen misalanya akan
berbeda dengan pelapissn yang miring dan lapisan mendatar,sebatas derah di atas
ombak umumnya tertutup oleh vegetasi, sedang kan bagian bawahnya umumnya
tertutup oleh aktivitas pasang surut dan gelombang mengikis bagian tebing,
sehingga membentuk bekas-bekas abrasi seperti :
a. Tebing (cliff)
b. Tebing bergantung
(notch)
c. Ratan gelombang
pasang surut
2. Rataan pasang surut, platform
Rataan gelombang pasang surut pada pantai bertebing
terjalk ini merupakan suatu zona yang terkadang terendam air laut pada saat
pasang naik dan terkadang keringpada saat air alut surut. Rataan gelombang
pasang sdurut ini sering juga merupakan beach dengan material yang bisa berupa
material halis sampai kasar yng tergantung pada kekuatan gelombang yang
bekerja pada tebing pantai .
3. Spit, lidah gosong pasir laut
Spit terbentuk
saat arus sejajar pantai melewati suatu titik/point (seperti mulut sungai)
dimana dominasi arah arus dan garis pantai tidak terputar pada arah yang sama.
Didominasi oleh arah arus, spit cenderung dipengaruhi oleh kekuatan gelombang,
sudut gelombang dan tinggi gelombang datang. Bentuk spit memiliki dua bagian
penting, yang pertama dimulai pada up-drift end (batas arusnaik) atau Proximal
end (Hart et al., 2008). Proximal end adalah penambahan tetap kedarat (jika
tidak terputus) dan mungkin membentuk Barrier antara laut dengan kuala atau
lagoon. Yang terpenting kedua dalam bntukan spit adalah down-drift end (batas
arus turun) atau distal end, yang mana terpisah dari darat dan dalam beberapa
kasus, mungkin membentuk kompleks hook-shape ataucurve, tergantung variasi
pengaruh arah gelombang. Sebagai contoh, Spit New Brighton di Canterbury, New
Zealand, dibentuk oleh arus sejajar yang asal sedimennya dari sungai
Waumakariri ke utara. Sistem spit ini sekarang berada dalam keseimbangan tapi
memasuki fase pengendapan dan erosi.
4. Hamparan lumpur
5. Dataran pantai
Dataran pantai adalah dataran yang terletak diantara daratan
dan lautan.
6. Gisik
Pantai bergisik ini merupakan
daerah pasang surut yang terdapat endapan material hasil abrasi. Material ini
dapat berupa material halus dan juga bisa beruapa material yang kasar. Namun
pantai bergisik tidak saja terdapat pada pantai cliff, tetaoi juga bisa
terdapat pada derah pantai yang landai. Pada pantai yang landai material gisik
ini kebanyakan berupa pasir , dan sebagian kecil berupa material dengan butiran
kerikil sampai yang lebih besar . pada umum nya material pasir sutu gisik
pantai berasal dari daerah pedalaman yang di bawah air sungai ke laut, kemudian
di endapkan oleh arus laut se panjang pantai . gisik seperti ini dapat di
jumpai di sekitar muara sungai.
7. Tombolo
Tombolo adalah tanggul pasir alami yang menghubungkan
daratan dengan pulau yang berada dekat pantai. Tombolo dapat terbentuk pada
laut dangkal yang tidak terganggu oleh arus laut.
8. Dataran alluvial pantai
Dataran alluvial
merupakan dataran yang terbentuk akibat proses-proses geomorfologi yang lebih
didominasi oleh tenaga eksogen antara lain iklim, curah hujan, angin, jenis
batuan, topografi, suhu, yang semuanya akan mempercepat proses pelapukan dan
erosi. Hasil erosi diendapkan oleh air ketempat yang lebih rendah atau
mengikuti aliran sungai. Dataran alluvial menempati daerah pantai, daerah antar
gunung, dan dataran lembah sungai. daerah alluvial ini tertutup oleh bahan
hasil rombakan dari daerah sekitarnya, daerah hulu ataupun dari daerah yang
lebih tinggi letaknya. Potensi air tanah daerah ini ditentukan oleh jenis dan
tekstur batuan. Daerah pantai terdapat cukup luas di pantai timur Pulau
Sumatera, Pulau Jawa bagian Utara dan selatan, Pulau Kalimantan dan Irian Jaya
bagian Selatan. Air tanah daerah dataran pantai selalu terdapat dalam sedimen
kuarter dan resen yang batuannya terdiri dari pasir, kerikil, dan berinteraksi
dengan lapisan lempung.
9. Teras marine
10. Lagoon
Laguna (atau lagoon
dalam bahasa Inggris)
adalah sekumpulan air asin yang terpisah dari laut oleh penghalang yang berupa
pasir, batu karang atau semacamnya. Jadi, air yang tertutup di belakang gugusan karang
(barrier reef) atau pulau-pulau atau di dalam atol
disebut laguna. Istilah lagoon dalam bahasa Inggris dimulai tahun 1769.
Diadaptasi dari laguna Venesia (cf Latin lacuna,
'ruang kosong'), yang secara khusus menunjuk ke pembatas Venesia,
tanah pembendung air laut, yang melindungi dari Laut
Adriatik dengan pantai penghalang Lido
(lihat Laguna Venesia).
Laguna menunjuk ke laguna pantai yang terbentuk oleh pasir atau karang di
pantai yang dangkal dan laguna atol yang terbentuk dari pertumbuhan terumbu
karang. Dari bahasa Inggris inilah kata laguna
dalam bahasa Indonesia
berasal.
Laguna pantai
biasa ditemukan di pantai dengan pasang surut relatif kecil. Ia mencakup
kira-kira 13 persen dari keseluruhan garis pantai. Umumnya memanjang sejajar
dengan pantai dan dipisahkan dari laut oleh pulau penghalang, pasir dan
bebatuan atau terumbu karang. Penghalang laguna
bukan karang dibentuk oleh aksi gelombang atas arus pelabuhan yang terus
menerus membuat sedimen kasar lepas pantai. Sekali penghalang laguna terbentuk,
sedimen yang lebih runcing bisa menetap di air yang relatif tenang di belakang
penghalang, termasuk sedimen yang dibawa ke laguna oleh sungai.
Khasnya laguna pesisir memiliki bukaan sempit ke laut. Sebagai akibatnya,
keadaan air dalam laguna bisa agak berbeda dari air terbuka di laut dalam hal suhu,
salinitas,
oksigen
yang dibebaskan dan muatan sedimen.
BENTUK
LAHAN ASAL ANTROPOGENIK
Menurut Whitton
(1984) dalam Hendro Murtianto (2010), bentuk lahan adalah morfologi dan
karakteristik permukaan lahan sebagai
hasil dari interaksi antara proses fisik dan gerakan kerak dengan geologi
lapisan permukaan bumi. Verstappen (1983) dalam Retno Sriwayanti
(2009), mengemukakan bahwa ada beberapa faktor geomorfologi mayor yang
berpengaruh dalam pengembangan lahan yaitu bentuk lahan, proses geomorfologis,
dan kondisi tanah. Lebih lanjut dijelaskan, bahwa bentuk lahan mencakup
kemiringan lahan, proses geomorfologi; mencakup banjir, tanah longsor, dan
bahaya dari proses alam yang merugikan, sedangkan mengenai kondisi tanah,
antara lain mencakup kedalaman batuan dari pelapukan material. Karakteristik
geomorfologis dalam hal ini bentuk lahan memberikan informasi yang dapat
menentukan dalam penggunaan lahan suatu daerah tertentu.
Antropogenik merupakan proses atau
akibat yang berkaitan dengan dengan aktivitas manusia (Retno Sriwayanti, 2009).
Sehingga bentuk lahan antropogenik dapat disebut sebagai bentuk lahan yang
terjadi akibat aktivitas manusia Bentuk lahan antropogenik merupakan
salah satu bentuk lahan mikro.Aktivitas
tersebut dapat berupa aktivitas yang telah disengaja dan direncanakan untuk
membuat bentuk lahan yang baru dari bentuk lahan yang telah ada maupun
aktivitas oleh manusia yang secara tidak sengaja telah merubah bentuk lahan
yang telah ada.
Bentuk lahan antropogenik dapat
dibentuk dari bentuk-bentuk lahan yang telah ada. Misalnya bentuk lahan marin
yang dapat berubah menjadi pelabuhan dan pantai reklamasi seperti yang terdapat
pada pantai Marina Semarang, dan bentuk lahan struktural dan fluvial dapat
berubah menjadi waduk serta bentuk lahan struktural dan denudasional dari bukit
yang telah mengalami perubahan bentuk akibat aktivitas manusia seperti yang
terjadi di bukit Ngoro Mojokerto.
Contoh dari bentuk lahan
antropogenik berbeda dengan contoh dari penggunaan lahan. Misalnya sawah dan
permukiman, kedua contoh ini bukan merupakan bentuk lahan antropogenik
melainkan termasuk pada bentuk penggunaan lahan atau landuse karena
sawah dan permukiman tidak merubah bentuk lahan yang telah ada, sawah dan
permukiman hanya termasuk upaya pemanfaatan dari permukaaan bentuk lahan. Bisa
saja sawah ada di dataran bentuk lahan aluvial, di lereng gunung, atau bahkan
di gumuk pasir. Begitu juga dengan permukiman juga bisa terdapat di dataran
rendah, dataran tinggi, lembah, maupun kaki lereng, namun keberadaan sawah dan
permukiman tersebut tidak bisa digolongkan dalam bentuk lahan antropogenik
(Retno Sriwayanti, 2009).
AKTIVITAS
MANUSIA YANG MENYEBABKAN TERBENTUKNYA LAHAN ANTROPOGENIK
Manusia dan aktivitasnya dalam
kehidupan sehari-hari baik secara sadar maupun tidak sadar dapat menyebabkan
perubahan pada bentuk lahan yang telah ada menjadi bentuk lahan antropogenik.
Aktivitas tersebut antara lain:
·
Aktivitas reklamasi misalnya pada pantai.
·
Aktivitas pembangunan pemanfaatan lahan
yang menyebabkan perubahan yang mencolok pada bentuk lahan.
·
Aktivitas penambangan atau pengambilan
material yang dapat menyebabkan perubahan pada bentuk lahan.
Aktivitas antropogenik di Indonesia
banyak jumlahnya, namun tidak semuanya menghasilkan bentuk lahan yang
potensial. Misalnya aktivitas reklamasi pada pantai dapat menyebabkan erosi dan
abrasi pada pantai tersebut. Aktivitas pembangunan waduk yang kurang tepat juga
menyebabkan kerusakan pada daerah tangkapan hujan sekitar waduk sehingga dapat
menyebabkan kerusakan pada lapisan tanah berupa rekahan dan retakan tanah. Oleh
karena itu, aktivitas antropogenik dalam merubah lahan hendaknya memperhatikan
dampak terhadap lahan disekitarnya.
SATUAN
BENTUK LAHAN ANTROPOGENIK
1.
Reklamasi
Reklamasi merupakan upaya
meningkatkan sumber daya alam lahan dari aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan
dengan cara pengurangan atau dengan pengeringan lahan. Misalnya Pantai Marina Semarang, pantai
ini merupakan pantai yang terbentuk karena aktivitas reklamasi. Kawasan yang
direklamasi tersebut memanjang sesuai dengan bibir atau garis pantai. Daerah
yang direklamasi cukup luas yaitu sekitar 200 hektar. Material yang digunakan
berupa batuan vulkanik dan breksi. Pada bagian bawah diisi dengan breksi.
Kemudian diatasnya diisi dengan batuan vulkanik.
Perubahan
garis pantai mengakibatkan perubahan arus mengarah ke pantai. Arus yang
sedianya dapat tertahan di Pantai Marina kemudian berubah arah masing-masing ke
arah barat dan timur. Arus yang ke arah timur memiliki arus yang relatif besar
dengan tidak membawa sedimen laut. Pada arus ini akan mengakibatkan abrasi
terhadap pantai. Akibat abrasi pantai sekitar lima hektare lahan yang telah
diuruk hilang.
Abrasi
diduga di antaranya disebabkan perubahan pola arus yang diakibatkan
anjungan/pemecah ombak yang dibangun sebuah industri di sebelah barat desa.
Petambak (pemilik dan penggarap) yang hidupnya bergantung pada sumber daya
pesisir mengalami kerugian akibat berkurangnya lahan tambak dan penurunan
pendapatan akibat menurunnya produksi tambak dan tangkapan yang dipicu oleh
abrasi dan pencemaran.
Selain
abrasi, reklamasi Pantai Marina secara umum berpengaruh pada terjadinya erosi
pantai di Sayung, Demak. Padahal, daerah tersebut dahulunya merupakan kawasan
sedimentasi. Namun sekarang kondisinya sudah berbeda jauh, di kawasan pantai
itu banyak yang mengalami erosi. Reklamasi atau pengurukan kawasan pantai akan
mengubah sifat arus yang kemudian berdampak pada erosi pantai di daerah lain.
Karena itu, setiap ada pengurukan kawasan pantai harus diwaspadai sifat arus
pantai. Sifat arus air di Pantai Semarang berputar ke timur karena pada sisi
timur Semarang terdapat tanjung. Arus air yang berputar seperti itu menyebabkan
rawan erosi, perubahan fisik pantai, dan sedimentasi pantai dapat berubah.
Selain mengakibatkan dampak tersebut, reklamasi pantai juga akan menambah jarak
tempuh air sungai. Hal ini berpengaruh pada keterbentukan sedimentasi di muara
yang lama sehingga terjadi pendangkalan di sana.
Gambar Pantai Marina
Semarang
Atau contoh lainnya yaitu Kansai International Airport. Kansai International Airport (KIA)
merupakan bandara internasional yang dibangun di atas lahan reklamasi di Teluk
Osaka, Jepang.
Gambar Kansai International Airport
Sebelum
pekerjaan reklamasi, sejumlah gundukan pasir dituangkan ke dalam tanah liat
yang berada di dasar laut (sand drain method). Berat tanah yang dipakai
karena reklamasi membuat air di tanah liat di bawah bergerak keluar sepanjang
gundukan-gundukan pasir. Dengan demikian, tanah liat tersebut menjadi kuat.
Gambar Detail Formasi Bawah Laut di
Bawah International Airport
Kansai
International Airport merupakan bukti kepedulian pemerintah Jepang akan solusi
sebagai akibat dari semakin terbatasnya tanah yang ada di negeri matahari
terbit ini. Sekaligus sebagai upaya untuk mengurangi polusi suara pada
daerah-daerah hunian bagi masyarakat Jepang.
Pantai
Marina dan Kansai International Airport termasuk ke dalam lahan antropogenik
karena aktivitas reklamasi tersebut telah mengubah kondisi morfologi pantai.
Garis pantai Marina menjadi lebih menjorok ke laut.
2. Waduk
Waduk adalah kolam besar tempat
menyimpan air sediaan untuk berbagai kebutuhan. Waduk dibangun dengan cara
membuat bendungan yang lalu dialiri air sampai waduk tersebut penuh. Waduk
dapat terbentuk dari bentuk lahan lain yang telah ada. Misalnya berasal dari
bentuk lahan struktural dan fluvial. Waduk merupakan bentuk lahan antropogenik
karena terbentuk oleh aktivitas manusia yang merubah lahan menjadi berbentuk
cekungan.
Gambar Waduk Pluit, Jakarta
Gambar
Bendungan Inguri di Rusia
Dalam pembuatan waduk
selain harus memperhatikan teknik-teknik dalam pembuatan waduk juga harus
memperhatikan lingkungan sekitar agar tidak sampai merusak daerah tangkapan
hujan yang dapat menyebabkan rusaknya lahan biasanya ditandai dengan rekahan
dan retakan pada tanah.
3. Pelabuhan
Menurut peraturan pemerintah RI no.
69 tahun 2001 tentang kepelabuhanan, yang dimaksud pelabuhan adalah tempat yang terdiri dari daratan dan perairan di sekitarnya dengan batas batas tertentu
sebagai tempat kegiatan pemerintahan dan kegiatan ekonomi dipergunakan sebagai
tempat kapal bersandar, berlabuh, naik turun penumpang dan atau bongkar muat
barang yang di lengkapi dengan fasilitas keselamatan pelayaran dan kegiatan
penunjang pelabuhan serta sebagai tempat perpindahan intra dan antar moda
transportasi.
Pelabuhan termasuk lahan
antropogenik karena bentuknya telah merubah bentuk lahan pesisir sebelumnya.
Gambar
Pelabuhan Pontianak
Pembangunan pelabuhan hendaknya
memperhatikan aspek lokasi agar pelabuhan dapat berfungsi secara efektif dan
tidak mengancam lahan sekitar. Misalnya pembangunan pelabuhan Indonesia cabang
Pontianak yang dibangun di tepi sungai yang dapat menyebabkan pendangkalan yang
disebabkan oleh erosi daerah hulu dan juga pelabuhan Tanjung Api-api yang ada di
Provinsi Sumatera Selatan mengakibatkan rusaknya hutan bakau (mangrove) dan
hutan nipah, ancaman kepunahan sejumlah satwa langka, serta merusak perkebunan
kelapa milik penduduk.
4.
Penambangan
Pasir
Penambangan pasir
termasuk ke dalam lahan antropogenik karena aktivitas tersebut merubah bentuk
lahan yang berbukit. Selain itu penambangan pasir juga dapat mengakibatkan
erosi dan sedimentasi serta menurunkan keanekaragaman flora dan fauna.
Misalnya Bukit Ngoro
yang terletak di sekitar daerah perbukitan dan patahan Watukosek Mojokerto.
Bukit ini merupakan bukit dari bentuk lahan asal struktural yang kemudian telah
mengalami degradasi akibat aktivitas masyarakat sekitar yaitu adanya
penambangan pasir dan pengambilan material yang dimanfaatkan sebagai tanggul
lumpur lapindo Sidoarjo.
BENTUK
LAHAN ASAL ORGANIK
Sedangkan bentuklahan asal organik itu sendiri adalah bentuklahan atau
landform yang secara alamiah terbentuk dari proses kegiatan makhluk hidup,
contohnya adalah bentuklahan terumbu karang (coral reefs). Pada dasarnya
terumbu karang yang terbentuk berasal dari endapan kalsium karbonat atau kapur
yang dihasilkan oleh organisme karang dan tambahan dari alga berkapur serta
organisme lain yang mengsekresi kalsium karbonat lain. Proses pembentukan
terumbu karang membutuhkan waktu jutaan tahun yang lalu sebelum masehi. terumbu
karang terbentuk secara organik dan relatif perlahan sehingga lebih
dimungkinkan adanya campur tangan manusia dalam pertumbuhannya. Hasil
identifikasi bentuklahan mencerminkan karakteristik fisik lahan dan untuk
mendapatkannya dengan melalui analisis geomorfologis.
Jenis bentuk lahan organik diantaranya terumbu karang .Terumbu karang
adalah masa endapan kapur (limestone/CaCO3) di mana endapan kapur ini terbentuk dari hasil sekresi biota laut
pensekresi kapur (coral/karang). Terumbu
karang yaitu sekumpulan hewan
karang yang bersimbiosis dengan sejenis alga yang di sebut zooxanthellae. Koloni karang dibentuk
oleh ribuan hewan kecil yang sering disbut Polip. Karang terdiri satu polip
saja yang mempunyai bentuk tubuh seperti tabung dengan mulut yang terletak
dibagian atas dan dikelilingi oleh tantakel, namun kebanyakan spesies satu
individu polip karang akan berkembang menjadi banyak individu yang disebut
koloni. Hewan ini memiliki bentuk unik dan warna beraneka ragam serta dapat
menghasilkan Kalsium karbonat ( CaCO3).adapun jenis-jenis Terumbu karang diantaranya yaitu:
a.
Fringing Reefs (Terumbu karang tepi)
Terumbu
karang tepi berkembang di pesisir pantai pulau-pulau besar. Perkembangannya
bisa mencapai kedalaman 40 meter dengan pertumbuhan ke arah luar menuju laut
lepas. Dalam proses perkembangannya,terumbu ini berbentuk melingkar yang
ditandai dengan adanya bentukan ban atau bagian endapan karang mati yang
mengelilingi pulau.
b.
Barrier reefs (Terumbu karang penghalang)
Terumbu
karang ini terletak pada jarak yang relatif jauh dari pulau, sekitar 0.52 km
ke arah laut lepas. Terbentuk pada kedalaman hingga 1.000 kaki atau 300 meter.Terkadang membentuk lagoon (kolom air) atau celah perairan.Umumnya karang penghalang tumbuh di sekitar pulau sangat besar atau benua dan membentuk gugusan pulau karang yang terputus- putus.
ke arah laut lepas. Terbentuk pada kedalaman hingga 1.000 kaki atau 300 meter.Terkadang membentuk lagoon (kolom air) atau celah perairan.Umumnya karang penghalang tumbuh di sekitar pulau sangat besar atau benua dan membentuk gugusan pulau karang yang terputus- putus.
c.
Atol (Terumbu karang cincin)
Terumbu
karang yang berbentuk cincin yang mengelilingi batas dari pulaupulau vulkanik
yang tenggelam sehingga tidak terdapat perbatasan dengan daratan. Menurut
Darwin, terumbu karang cincin merupakan proses lanjutan dari terumbu karang
penghalang, dengan kedalaman rata- rata 45 meter. Contoh:
Terumbu karang mengandung berbagai manfaat yang sangat besar dan beragam,
baik secara ekologi maupun ekonomi.Estimasi jenis manfaat yang terkandung dalam
terumbu karang dapat diidentifikasi menjadi dua yaitu manfaat langsung dan manfaat
tidak langsung.
Manfaat dari
terumbu karang yang langsung dapat dimanfaatkan oleh manusia adalah
·
sebagai tempat hidup ikan yang banyak dibutuhkan
manusia dalam bidang pangan, seperti ikan kerapu, ikan baronang, ikan ekor
kuning), batu karang,
·
Pariwisata, wisata bahari melihat keindahan bentuk dan warnanya.
·
penelitian dan pemanfaatan biota perairan lainnya yang
terkandung di dalamnya.
Sedangkan yang termasuk dalam pemanfaatan tidak
langsung adalah sebagai penahan abrasi pantai yang disebabkan gelombang dan
ombak laut, serta sebagai sumber keanekaragaman hayati
DAFTAR RUJUKAN
http://me9ume9u.blogspot.com/2012/03/bentuk-lahan-antropogenik.html
http://geoenviron.blogspot.com/2011/12/bentuklahan-asal-proses-struktural.html
http://deean0776.blogspot.com/2009/11/bentuk-lahan-asal-volkanis.html
http://pencariilmu-goresantinta.blogspot.com/2010/06/bentuklahan-asal-proses-fluvial.html
http://geoenviron.blogspot.com/2011/12/danau-tapal-kuda-oxbow-lake.html
http://glekhoba.blogspot.com/2010/04/bentuklahan-asal-proses-eolin.html
http://udhnr.blogspot.com/2009/01/gumuk-pasir-atau-sand-dunes.html
http://bloggernine-iq.blogspot.com/2012/04/blog-post.html
http://cs426ah.blogspot.com/2011/09/bentang-alam-proses-glasial.html
http://thyeogeografi.blogspot.com/2011/04/bentuk-lahan-asal-karst-land-form-of.html
http://ryukyoshi.blogspot.com/2011/05/bentang-lahan-bentukan-asal-karst.html
0 komentar:
Posting Komentar