Analisis Bentuk Lahan yang Ada di Indonesia


BENTUK LAHAN ASAL STRUKTURAL
Bentuk lahan struktural terjadi oleh karena adanya pro­ses endogen yang disebut tektonisme atau diastrofisme. Pro­ses ini meliputi pengangkatan, penurunan, dan pelipatan kerak bumi sehingga terbentuk struktur geologi: lipatan dan patahan. Selain itu terdapat pula struktur horizontal yang merupakan struktur asli sebelum mengalami perubahan. Dari struktur pokok tersebut, selanjutnya dapat di rinci menjadi berbagai bentuk berdasarkan sikap lapisan batuan dan kemiringannya. Bentuk lahan structural di cirikan oleh adanya pola aliran Trellis yang tersusun dari sungai-sungai kon­sekuen, subsekuen, resekuen, dan obsekuen.
Bentuk lahan ini di tentukan oleh tenaga endogen yang menyebabkan terjadinya deformasi perlapisan batuan dengan menghasilkan struktur lipatan, dan patahan, serta perkembangannya. Bentuk lahan di cirikan oleh adanya perlapisan batuan yang mempunyai perbedaan ketahanan terhadap erosi. Akibat adanya tenaga endogen tersebut terjadi deformasi sikap (attitude) perlapisan batuan yang semula horizontal menjadi miring atau bahkan tegak dan membentuk lipatan. Penentuan nama suatu bentuk lahan structural pada dasarnya di dasarkan pada sikap perlapisan batuan (dip dan strike).
Dalam berbagai hal, bentuk lahan struktural berhubungan dengan perlapisan batuan sedimen yang berbeda ketahanannya terhadap erosi. Bentuklahan lahan struktural pada dasarnya dibedakan menjadi 2 kelompok besar, yaitu struktur patahan dan lipatan. Kadang-kadang pola aliran mempunyai nilai untuk struktur geologis yang dapat dilihat dari citra. Plateau struktural terbentuk pada suatu daerah yang berbatuan berlapis horisontal, sedang cuesta dan pegunungan monoklinal terdapat dip geologis yang nyata. Batuan berlapis yang terlipat selalu tercermin secara baik pada bentuklahannya. Skistositas akan berpengaruh pada bentuklahan pada daerah dengan batuan metamorfik, lebih lanjut patahan dan retakan mempunyai pengaruh juga pada perkembangan landform.
Dalam beberapa kasus, bentuk-bentuk struktural dipengaruhi oleh proses-proses eksogenitas dari berbagai tipe, sehingga terbentuklah satuan struktural-denudasional. Struktur-struktur geologi seperti lipatan, patahan, perlapisan, kekar maupun lineaman (kelurusan) yang dapat diinterpretasi dari foto udara dan peta geologi merupakan bukti kunci satuan struktural. Pola aliran sungai yang ada akan mengikuti pola struktur utama, dengan anak-anak sungai akan relatif sejajar dan tegak lurus dengan sungai induk.
Beberapa fenomena bentukan struktural antara lain : flatiron, hogbacks, cuesta, pegunungan lipatan, dome/kubah, pegunungan patahan dan pegunungan kompleks. Flatiron (Sfi) merupakan morfologi pegunungan / perbukitan dan dibentuk oleh lapisan dengan kemiringan relatif tegak, ujung atasnya meruncing dan bentuk seperti seterika. Hogbacks (Shb) berbentuk punggungan lebar yang miring ke arah lapisan dan gawir yang terjal miring ke arah berlawanan dengan arah kemiringan lapisan, besar sudut > 30° (dip). Jika kemiringan punggungan melandai sesuai dengan dip lapisan sebesar ± 15° disebut cuesta (Scu). Dome atau pegunungan kubah (Spk) merupakan struktur lipatan pendek regional, dengan sudut kemiringan kecil melingkar ke segala arah (radier) membentuk bulat atau oval. Antiklinal pendek yang menunjam ke kiri-kanannya cenderung membentuk kubah dengan ukuran bervariasi. Pola aliran umumnya melingkar (annular). Pegunungan lipatan (Spl) mempunyai morfologi yang spesifik dengan adanya punggungan antiklinal memanjang dan lembah sinklinal yang harmonis, dimana topografinya mengikuti lengkungan lipatan. Pola aliran sungai akan mengikuti struktur utama (konsekwen longitudinal), kemudian disusul anak-anak sungai yang menuruni lereng punggungan tegak lurus sungai utama yang disebut subsekwen, yang akhirnya membentuk pola trellis.
           
Pegunungan patahan (Spp) merupakan struktur patahan yang umumnya dibatasi oleh adanya gawir sesar (bidang patahan) yang terjal, kelurusan dan pola aliran yang menyudut-patah (regtangular). Asosiasi antara struktur lipatan dengan patahan umumnya lebih terjadi membentuk struktur pegunungan kompleks (Spk) dengan konfigurasi permukaan yang unik dan tidak teratur.
Kenampakan pada foto udara untuk masing-masing struktur akan terlihat jelas dan spesifik, dengan didukung oleh fenomena tertentu seperti gawir patahan yang lurus dan terjal, kelurusan vegetasi atau igir/punggungan, pola aliran yang saling tegak lurus dengan anak-anak sungai yang relatif sejajar kemudian menyebar keluar, topografi kasar, pola tidak teratur, vegetasi jarang dan penggunaan lahan untuk lahan tegalan atau hutan reboisasi/konservasi.
CIRI-CIRI BENTUK LAHAN ASAL STRUKTURAL
-          Dip Dan Strike          
Dip merupakan sudut perlapisan batuan yang di ukur terhadap bidang horizontal dan tegak lurus terhadap salah satu jurus (stike), sedangkan stike adalah arah garis perpotongan yang di bentuk oleh perpotongan antara bidang perlapisan dengan bidang horizontal.
-          Horison Kunci Jelas
Merupakan tanda yang terdapat pada bekas permukaan daerah yang mengalami patahan.
-          Adanya Sesar, Kekar, Pecahan
Sesar
http://4.bp.blogspot.com/-JUHrxiY9Jqs/T5-09HWrPaI/AAAAAAAAAOg/8axoU3j0RvY/s320/Picture1.jpg

Rasanya tidak ada yang istimewa dari tebing batu seperti itu. Namun jika kita amati lagi dari puncak Gunung Batu tersebut, akan terlihat 2 blok tanah, yang satu seakan habis naik menjulang ke atas, yang satu lagi jadi lebih rendah. Bidang kontak antara 2 blok tersebut disebut sesar. Karena letaknya di daerah lembang, maka disebut sesar lembang. Dalam istilah geologi, sesar tersebut termasuk fault scrap (sesar gawir/tebing), dimana blok yang menjulang ke atas disebut hanging wall (atap sesar) dan blok yang lebih rendah disebut foot wall (alas sesar). Sesar tersebut membentang sepanjang 22 km dari timur ke barat. Sesar ada bermacam-macam tipenya, tergantung dari gerakan relatif blok di satu sisi sesar terhadap yang lain, diantaranya:
a.       Sesar Normal. Hasil pergeseran kerak bumi sisi satu dengan sisi lainya, dimana pada posisi hangingwall turun ke bawah dari sisi footwallnya, sesar ini hasil dari gaya ekstensi kerak bumi.
b.      Sesar Naik (thrust fault). Hasil pergerakan kerak bumi sisi satu dengan sisi lainya, dimana pada posisi hangingwall terdorong ke atas dari sisi footwallnya, sesar ini hasil dari gaya kompresi kerak bumi.
c.       Sesar geser (strike-slip or transform, or wrench fault). Sesar permukaan dimana footwall bergerak ke kiri atau kekanan atau pegerakan lateral dengan sedikit pergerakan vertikal.

Berikut dijelaskan mengenai ciri-ciri sesar yaitu:
1.      Trapezoidal facet, bentuk daerah yang menyerupai trapezium
2.      Triangle facet, sistem lembah berbentuk segitiga 
3.      Hanging valey, suatu lembah yang letaknya diatas lembah yang sekarang ada.    
4.      breksi besar, merupakan lapisan butiran batuan runcing-runcing pada dinding permukaan sesar.
5.      Milovit, hancuran batuan-batuan seperti tepung sebagai akibat gesekan pada sesar 
6.      Jalur mata air pada tebing sesar sebagai akibat butiran permeable tersingkap
7.      Slicken side, permukaan alur yang licin pada permukaan sesarr karena gesekan
8.      Cermin sesar, permukaan mengkilap pada permukaan batuan akibat gesekan
9.      Kelurusan, terdapat pola permukaan yang lurus karena patahan pada sesar
10.  gawai sesar, merupakan dinding patahan yang terjal dan memanjang 
11.  Perbedaan topografi yang menyolok pada daerah yang patah
12.  Lapisan batuan tidak continue(omisi) karena adanya patahan

MACAM-MACAM BENTUK LAHAN STRUKTURAL

1.      Bentang alam dengan struktur mendatar (lapisan horizontal)
2.      Dataran rendah, adalah daerah yang memiliki elevasi antara 0-500 kaki dari permukaan air laut.
3.      Dataran tinggi (pletau), adalah daerah yang menempati eleevasi diatas 500 kaki diatas permukaan air laut, berlereng sangat landai atau datar berkedudukan lebih tinggi daripada bentang alam di sekitarnya.
4.      Bentang alam dengan struktur miring, dibagi menjadi 2 :
5.      Cuesta, kemiringan antara kedua sisi lerengnya tidak simetri denag sudut lereng yang searah perlapisan batuan kurang dari 300 (Tjia, 1987).
Hogback, sudut antara kedua sisinya relative sama, dengan sudut lereng yang searah perlapisan batuan lebih dari 300 (Yjia, 1987). Hotback memiliki kelerengan scarp slope dan dip slope yang hamper sama sehingga terlihat simetri.

SATUAN BENTUK ASAL STRUKTURAL
1.      Pegunungan Blok Sesar
Pegunungan blok sesar adalah pegunungan yang tersusun dari batuan klastik, ditandai oleh berbagai bentuk patahan, misalnya: graben,sembul,triangle facet,dan sebagainya
http://2.bp.blogspot.com/-oiVrpAJ5u8s/T5-u2I5KXeI/AAAAAAAAAOM/IAz7FKFsrn0/s320/Picture2.jpg
2.      Gawir Sesar. Gawir sesar yaitu tebing patahan memanjang, terjadi karena adanya dislokasi.
http://3.bp.blogspot.com/-97nNt2-m1X4/T5-12m67x9I/AAAAAAAAAOo/ahnLToZQUKs/s320/Picture3.jpg
3.      Pegunungan dan Perbukitan Antiklinal
Pegunungan /perbukitan antiklinal adalah pegunungan yang tersusun dari batuan plastis, terjadi atas unit-unit punggung lipatan. lembah yang terdapat dipuncak antiklin setelah tererosi adalah combe.
http://3.bp.blogspot.com/-LUPGmmr1rCI/T5-2NNOzhhI/AAAAAAAAAOw/3AfU3K5h2Io/s1600/Picture4.jpg
Antiklinal merupakan bagian lipatan yang memiliki posisi lebih tinggi dari bagian lipatan lainnya. Lipatan antiklinal akan membentuk bumi menjadi cembung, contohnya pegunungan atau perbukitan.
http://1.bp.blogspot.com/-VHXspm6GVlo/T5-223WB8oI/AAAAAAAAAO4/8IDTCAeH7K4/s320/Picture5.jpg
4.      Perbukitan Atau Pegunungan Sinklinal
Sinklinal merupakan bagian lipatan yang memiliki bagian yang lebih rendah dari bagian lipatan lainnya. Lipatan sinklinal akan membentuk permukaan bumi menjadi cekung, contohnya lembah. Pegunungan/perbukitan sinklinal tersusun dari batuan plastis, terdiri atas lembah-lembah lipatan.
5.      Pegunungan Monoklinal
Pegunungan/perbukitan monoklinal adalah pegunungan lipatan yang terjadi karena adanya tekanan pada satu titik saja yang tingginya >500m disebutpegunungan monoklinal, <500m disebut perbukitan monoklinal. monoklinal(homoklinal yang lerengnya ≥11disebut cuesta.
http://4.bp.blogspot.com/-zxJp1g53ZK4/T5-3giF5ToI/AAAAAAAAAPA/V8g4H1gwQE4/s320/Picture6.jpg
6.      Pegunungan Atau Perbukitan Kubah
Pegunungan/perbukitan kuba (dome) adalah pegunungan/perbukitan tunggal yang lerengnya landai, trjadi karena proses updoming. kubah yang berstadia dewasa dipuncaknya terdapat sistem lembah berbentuk segitiga (triangle facet) yang disebut flat iron.
Perbukitan kubah intrusi, disusun oleh material batuan beku intrusi yang memiliki ciri khas membentuk pola aliran sentripetal, soliter (terpisah), biasanya terbentuk pada daerah yang dipengaruhi oleh sesar dan tersebar tidak beraturan.
7.      Pegunungan Atau Perbukitan Plato
Pegunungan/perbukitan plato, merupakan tanah datar dengan struktur horizontal, dengan ketinggian >500 m untuk pegunungan dan<500m untuk perbukitan. pada umumnya dikelilingi oleh klompok volkan atau rangkaian pegunungan.
8.      Teras Struktural,
Merupakan permukaan bertingkat yang terjadi oleh pengangkatan yang berulang-ulang pada suatu tempat, misalnya step fault.
9.       Perbukitan Mesa
Perbukitan yang puncaknya dengan struktur horizontal sebagai akibat proses erosi. perbukitan yang mirip mesa tetapi puncaknya lebih sempit disebut butte. messa dan bute berasal dari plato yang tererosi.
10.  Graben (Slenk)
Tanah patahan yang turun sehingga permukaannya lebih rendah dari daerah sekitar. terjadi karena daerah ttersebut mengalami penurunan/penenggelaman.
11.  Sembul (Horst)
Tanah patah yang lebih tinggi dari daerah sekitar, terjadi karena pengangkatan (up lift). kenampakan dominan pada bentuk lahan asal structural adalah adanya sesar yang disebabkan oleh pergeseran posisi lapisan (dislokasi) batuan disuatu tempat

BENTUK LAHAN ASAL KARST
   Bentuklahan karst adalah bentuklahan yang terbentuk akibat proses pelarutan batuan yang terjadi pada daerah berbatuan karbonat tertentu. Tidak semua batuan karbonat terbentuk topografi kars, walaupun faktor selain batuannya sama. Beberapa syarat untuk dapat berkembangnya topografi kars sebagai akibat dari proses pelarutan adalah sebagai berikut,
a.       Terdapat batuan yang mudah larut, yaitu batu gamping ataupun dolomite
b.      Batu gamping dengan kemurnian tinggi
c.       Mempunyai lapisan batuan yang tebal
d.      Banyak terdapat diaklas/retakan
e.       Pada daerah tropis basah
f.       \Vegetasi penutup yang lebat
Menurut Jenings (1971), karst merupakan suatu kawasan yang memiliki karakteristik relief dan drainase yang khas, terutama disebabkan oleh larutnya batuan yang tinggi oleh air.
Tektonisme  menjadi  factor penentu  pula, sesar dan kekar menjadi factor yang amat penting. Menurut Faniran dan Jeje (1983), kekar-kekar yang terdapat pada batuan itu memberikan regangan mekanik, sehingga mempermudah gerakan air melalui batuan tersebut. Adanya kekar maupun sesar ini memudahkan perkembangan pelarutan didalam batuan.
Bentuklahan yang terjadi pada daerah karst dapat dikelompokkan menjadi 2 bagian, yaitu bentuklahan negative dan bentuklahan positif.
1.      Bentuklahan Negatif
Bentuklahan negative dimaksudkan bentuklahan yang berada dibawah rata-rata permukaan setempat sebagai akibat proses pelarutan, runtuhan maupun terban. Bentuklahan-bentuklahan tersebut antara lain terdiri atas doline, uvala, polye, cockpit, blind valley.
a.      Doline
Doline merupakan bentuklahan yang paling banyak dijumpai di kawasan karst. Bahkan di daerah beriklim sedang, karstifikasi selalu diawali dengan terbentuknya doline tunggal akibat dari proses pelarutan yang terkonsentrasi. Tempat konsentrasi pelarutan merupakan tempat konsentrasi kekar, tempat konsentrasi mineral yang paling mudah larut, perpotongan kekar, dan bidang perlapisan batuan miring. Doline-doline tungal akan berkembang lebih luas dan akhirnya dapat saling menyatu. Secara singkat dapat dikatakan bahwa karstifikasi (khususnya di daerah iklim sedang) merupakan proses pembentukan doline dan goa-goa bawah tanah, sedangkan bukit-bukit karst merupakan bentukan sisa/residual dari perkembangan doline.
Doline merupakan suatu istilah yang mempunyai banyak sinonim antara lain, sink, sinkhole, cockpit, blue hole, swallow hole, ataupun canote. Doline itu sendiri telah diartikan oleh Monroe (1970) sebagai suatu ledokan atau lobang yang berbentuk corong pada batugamping dengan diameter dari beberapa meter hingga 1 km dan kedalamannya dari beberapa meter hingga ratusan meter. Karena bentuknya cekung, doline sering terisi oleh air hujan, sehingga menjadi suatu genangan yang disebut danau doline.
Berdasarkan genesisnya, doline dapat dibedakan menjadi 4 yaitu, doline solusi, doline terban, dan doline alluvial dan doline reruntuhan. (Faniran dan Jeje, 1983)
·         Doline reruntuhan, ini terjadi sebagai akibat dari proses pelarutan yang ada di bawah permukaan yang menghasilkan rongga bawah tanah. Rongga bawah tanah tersebut atapnya runtuh, hingga mengasilkan cekungan atau depresi dipermukaan. Doline seprti ini mempunyai lereng yang cukup curam-curam terdiri dari lapisan batuan yang keras dan menurun secara tiba-tiba.
·         Doline Solusi, terjadi karena telah berlangsungnya proses solusi/pelarutan tanpa mendapat gangguan lain terhadap batuan. Doline seperti ini terjadi secara perlahan-lahan akibat larutnya batuangamping ke dalam tanah oleh air yang meresap melalui joint atau rekahan-rekahan pada daerah batugamping.
·         Doline Terban
·         Doline Alluvial terjadi sebagai akibat karena pelarutan oleh air yang mengalir yang kemudian menghilang ke dalam tanah. Adanya proses tersebut terbentuk doline aluvial.
b.      Uvala
Uvala adalah cekungan tertutup yang luas yang terbentuk oleh gabungan dari beberapa danau doline. Uvala memiliki dasar yang tak teratur yang mencerminkan ketinggian sebelumnya dan karakteristik dari lereng doline yang telah mengalami degradasi serta lantai dasarnya tidak serata polje (Whittow, 1984)
c.       Polje
Polje adalah ledokan tertutup yang luas dan memanjang yang terbentuk akibat runtuhnya dari beberapa goa, dan biasanya dasarnya tertutup oleh alluvium.
d.      Blind Valley
Blind Valley adalah satu lembah yang mendadak berakhir/ buntu dan sungai yang terdapat pada lembah tersebut menjadi lenyap dibawah tanah.
2.      Bentuklahan Positif
Pada prinsipnya ada 2 macam bentuklahan karst yang positif yaitu kygelkarst dan turmkarst
a.      Kygelkarst
Kygelkarst merupakan satu bentuklahan karst tropic yang didirikan oleh sejumlah bukit berbentuk kerucut, yang kadang-kadang dipisahkan oleh cockpit. Cockpit-cockpit inisialing berhubungan satu sama lain dan terjadi pada suatu garis yang mengikuti pola kekar.
b.      Turmkarst
Turmkarst merupakan istilah yang berpadanan dengan menara karst, mogotewill, pepinohill atau pinnacle karst. Turmkarst merupakan bentuka positif yang merupakan sisa proses solusional. Menara karst/ tumkarst terdiri atas perbukitan belerang curam atau vertical yang menjulang tersendiri diantara dataran alluvial.
c.       Stalaktit dan Stalakmit
Stalaktit adalah bentukan meruncing yang menghadap kebawah dan menempel pada langit-langit goa yang terbentuk akibat akumulasi batuan karbonat yang larut akibat adanya banjir.  Stalakmit hamper mirip dengan stalaktit namun berada di bawah lantai dan menghadap keatas.
d.      Tiang ( Column )
Merupakan hasil pertemuan endapan antara stalaktit dan stalakmit yang akhirnya membentuk tiang yang menghubungkan stalaktit dan stalakmit menjadi satu.
e.       Tirai (drapery)
Tirai (drapery) terbentuk dari air yang menetes melalui bidang rekahan yang memanjang pada langit-langit yang miring hingga membentuk endapan cantik yang berbentuk lembaran tipis vertikal.
f.       Teras Travertin
Teras Travertin merupakan kolam air di dasar gua yang mengalir dari satu lantai tinggi ke lantai yang lebih rendah, dan ketika mereka menguap, kalsium karbonat diendapkan di lantai gua
g.      Geode (Batu Permata)
Batu permata yang terbentuk dari pembentukan rongga oleh aktifitas pelarutan air`tanah. Kemudian dalam kondisi yang berbeda terjadi pengendapan material mineral (kuarsa, kalsit dan fluorit) yang dibawa oleh air`tanah pada bagian dinding rongga.
BENTUK LAHAN VULKANIK
Bentuk lahan vulkanis adalah bentuk lahan hasil kegiatan gunung berapi baik yang tersusun dari bahan gunung api yang sudah keluar ke permukaan bumi (ekstrusi) maupun yang membeku dalam permukaan bumi (instrusi). Bentuk lahan vulkanis secara sederhana terbagi atas dia yaitu :
a.       Bentuk-bentuk eksplosif (krater letusan, ash dan cinder cone)
b.      Bentuk-bentuk effusif (aliran lava/lidah lava, bocca, plateau lava, aliran lahar dan lainnya) yang membentuk bentangan tertentu dengan distribusi di sekitar kepundan, lereng bahkan kadang sampai kaki lereng.
Struktur vulkanik yang besar biasanya ditandai oleh erupsi yang eksplosif dan effusif, yang dalam hal ini terbentuk volkanostrato. Erupsi yang besar mungkin sekali akan merusak dan membentuk kaldera yang besar. Vulkanisme adalah semua fenomena yang berkaitan dengan proses gerakan magma dari dalam bumi menuju ke permukaan bumi yang menghasilkan bentuklahan yang cenderung positif.
1.      Intrusi dan Ekstrusi Magma
Intrusi magma atau plutonisme menghasilkan bermacam-macam bentuk  (perhatikan gambar penampang gunung api), yaitu:
a.       Batolit adalah batuan beku yang terbentuk di dalam dapur magma, sebagai akibat penurunan suhu yang sangat lambat.
b.      Lakolit adalah magma yang menyusup di antara lapisan batuan yang menyebabkan lapisan batuan di atasnya terangkat sehingga menyerupai lensa cembung, sementara permukaan atasnya tetap rata.
c.       Keping intrusi atau sill adalah lapisan magma yang tipis menyusup di antara lapisan batuan.
d.      Intrusi korok atau gang adalah batuan hasil intrusi magma memotong lapisan-lapisan litosfer dengan bentuk pipih atau lempeng.
e.       Apolisa adalah semacam cabang dari intrusi gang namun lebih kecil.
f.       Diatrema adalah batuan yang mengisi pipa letusan, berbentuk silinder, mulai dari dapur magma sampai ke permukaan bumi.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj0fBH_-dj3ehnuNELI21y-DIOJHThuK7uCmag9LSu06-xKiOHjpMfJ87oLVKjieQfLKlW2VWZ7q_3vxTPbmx1pMWFvRSQVfeSYWBFWqX1SqYX2Hbvuo8juwxYG6j0UgjT6-MQoqOIyjRTZ/s320/untitled.JPG

2.      Proses Erupsi Magma
Suatu keadaan dimana aktivitas magma mencapai ke permukaan bumi, maka gerakan ini dinamakan erupsi magma. Jadi erupsi magma adalah proses keluarnya magma ke permukaan bumi karena ada tekanan dari dalam melalui retakan atau lubang kepundan. Erupsi magma inilah yang menyebabkan sebuah gunung bisa di katakan sebagai gunung api. Erupsi magma tidak hanya terjadi di daratan tetapi juga bisa terjadi di lautan.

3.      Jenis-Jenis Erupsi magma berdasarkan sifatnya
a.       Erupsi eksplosif (letusan), terjadi apabila letak dapur magma dalam dan volume gas besar, magma bersifat asam. Material yang dikeluarkan adalah piroklastik dengan kandungan S1O2 tinggi, misalnya bongkah, lapili, bom, pasir, abu dan debu. Bentuk Volkan adalah Sharp Cone.
b.      Erupsi effusif (lelehan), terjadi karena letak dapur magma dangkal, volume gas kecil, magma bersifat basa. Material yang dikeluarkan berupa lava dengan kandungan S1O2. Bentuk volkan rounded cone.
c.       Erupsi campuran, terjadi karena letak variasi dapur magma, volume gas dan sifat magma bersifat intermedier tetapi biasanya cenderung basa. Bentuk Volkan Strato.
4.      Jenis Erupsi berdasarkan bentuk dan lokasi kepundan
a.       Erupsi linier, terjadi jika magma keluar lewat celah-celah retakan atau celah batuan kerak bumi. Contoh: plato dekan di India
b.      Erupsi areal, terjadi karena runtuhnya atap batholit sehingga magma keluar secara melebar dan meliputi daerah yang luas. Contoh: Gunung api Lumpur di Sumatera selatan.
c.       Erupsi sentral, terjadi karena magma keluar melalui pipa kepundan.
INDIKASI BENTUK LAHAN ASAL VOLKANIS
Satu-satuan bentuk lahan asal vulkanis meliputi:
1.      Kepundan (crater atau cauldron), yaitu cekungan membulat dibagian tengah vulkan sebagai pusat aktivitasnya.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEizz287HURb8qB33hs_BxangT3mFZS9T4NypekzCuRdhwSs6tsyWJoL-1JkDSXwkki8UX-B_n7LMStlFBDj_5p5x8RjaaRgWenbqIHkT8UqaSd_UnAjHkdwLxYFA7X-dKQdgKtmrJU0YXky/s320/2.JPG
2.      Kerucut terak (cinder cone)
Merupakan gunung-api yang dibentuk terutama oleh bara basal dan abu vulkanik dari reruntuhan material piroklastik, atau dari material yang dikeluarkan pada saat terjadi letusan eksplosif. Karena dibentuk oleh serpihan material dan bukan dari lava, gunung ini mudah mengalami erosi, dan ukurannya pun relatif lebih kecil daripada gunung-api campuran. Gunung-api ini juga cenderung tidak bertahan lama, dibandingkan dengan gunung-api campuran yang terus bertambah lapisannya setiap kali terjadi letusan dari satu lubang.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgTawtaSFjRWMReRB7KRDaj5Nh9FaetBEVpw2Vr4LXf_ukwFDzGQUuE_iYtnLnuI1DJQ7Dd3W46FOxEp07cbxQW-YZE9ekJT8DT_E_yfT0-2QGCLUOmkB0P77LfuXXQSXaFGHlj6lIdQjQu/s320/3.JPG
3.      Kerucut semburan (spatter cone)
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhoMAdo_y_Bq-PS-zlxh76zyNCGvLSXw0aTKwA2T_xFF_P_otwUQEQuFxVwycvQWSlCiu8vNl5dqfIiclaWB2D1UUXK-j00e7P2YDqi2M4NGhLJb-zwbIuNf5hLUQDeSU8O2PFaSxfcnJ3W/s320/4.JPG
4.      Kubah atau sumbat lava (lava plug)
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhIZPk-MWHnetcVuNzwaJGRNqbx7Nmqz-qXdU66N4vwYz0ZVfzSbl1whBn4pgdmkuZ59YfMLg0mzDWmmoosowbPFzlQ020CPQneSae7MGTZ_6xKkMaS5AEIdCcGRzq9lmkuftqlqg08s_re/s320/5.JPG
Sifat kekentalan magma meningkat sebanding dengan penambahan kandungan silika. Sebagian andesit dan dasit yang sangat asam, akan mudah membentuk kubah, yang kadang-kadang disertai dengan lidah lava tebal menonjol pada bagian bawahnya. Banyak contoh dapat ditemukan di Indonesia, misalnya di erupsi Galunggung 1918, Kelud 1920, dan Merapi. Sekitar 40 kubah lava di Indonesia telah dideskripsi menjadi beberapa tipe. Hartmann menaksir bahwa separuh jumlah gunungapi aktif memproduksi kubah lava dengan kandungan 55% Si02, miskin gas, dan dengan suhu sekitar 95oC.
Bentuk kubah dipengaruhi oleh konfigurasi dari tempat lava diekstrusikan. Kubah tumbuh seiring dengan penambahan energi dari dalam sehingga luar lapisan sangat diregangkan. Akan terjadi semacam stratifikasi mantel berurutan yang paralel dari luar ke dalam dengan ketebalan sampai beberapa meter. Kubah yang terbentuk mempunyai kemiringan kubah antara 35°- 40°. Akhir pembentukan kubah lava akan membentuk depresi di bagian puncaknya. Depresi ini merupakan hasil berbagai faktor, seperti penyusutan oleh pendinginan, atau berhentinya tekanan keatas.
Kubah Lava
-          Terbentuk dari kumpulan aliran lava yang muncul di puncak seputar kawah gunung api
-          Bermorfologi kubah, yang dibentuk dalam satu periode erupsi.
-          Magma bersifat kental, sehingga hanya menumpuk di atas lubang kepundan membentuk bukit atau kubah batuan beku.
-          Dalam pertumbuhannya, bagian luar kubah mendingin dan mengeras, yang selanjutnya diterobos oleh aliran lava berikutnya.
-          Karena pada bagian luar mengeras, maka pada batas antara
lava lama (keras di bawah) dan lava baru (plastis di atas) terbentuk perlapisan terpisah. Oleh proses pendinginan dan pengerasan yang tidak bersamaan, bagian yang plastis mudah runtuh, gugur menuruni lereng membentuk guguran kubah lava
5.      Blok Lava
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg-QmXcFsIGWvRLySdxWEwpKtkjUIRvUHG37g8Q8El2d77qiY231FevPN_8VQ83QOdsP2KZoBNOPO8-or9Xa__Yj6SC4PyueEsbXWj61Rw_prRscsLU7nalRUm929gbHSze-un_QZw4xDTI/s320/6.JPG
6.      Kerucut Volkan
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhbO2-ggTn2XXNsNuZSwvc1eLycGpmE9SnuczQuxWuIfCWmSzQ6oPiiThn4qimeJ36BtsRYWtghs5LHD_tc4LrL56sfWKWI28S-EcXiprzpqNGcIIMi8zY6ubgMABQciQjNH7GAmXqx4pxn/s320/7.JPG
Proses geomorfologi yang terjadi pada tubuh gunungapi memberikan karakteristik lahan yang berbeda baik dalam bentuk relief morfologi, tipe batuan, tanah, kondisi hidrologi, vegetasi dan penggunaan lahan. Verstappen (1964) dan Widiyanto (1999) membagi tubuh gunungapi secara umum menjadi 9 satuan bentuklahan dan menjelaskan karakteristiknya sebagai berikut :
SATUAN BENTUK LAHAN ASAL VULKANIK
1.      Kawah merupakan cekungan pada puncak atau bagian lereng gunungapi yang merupakan tempat keluarnya magma ke permukaan. Neck akan menghubungkan kawah dengan dapur magma yang terdapat di dalam bumi. Bentuk cekung pada kawah menyebabkan air hujan dapat tertampung dalam kawah sehingga akan terbentuk danau kawah.
2.      Kaldera merupakan kawah yang besar. Kaldera terbentuk dari kawah yang runtuh akibat erupsi gas yang kuat. Pada saat erupsi gas, material di dalam kawah tersebut tersembur keluar sehingga bagian dalam kawah menjadi kosong. Kekosongan material dalam kawah ini mengakibatkan dinding kawah menjadi labil. Akibat goncangan dan gaya berat maka dinding kawah akan runtuh sehingga terbentuk kaldera.
3.      Kerucut gunungapi merupakan bagian tubuh gunungapi paling atas yang langsung mendapat material dari kawah saat terjadi erupsi. Gerakan material pada kerucut gunungapi adalah gerakan gravitatif, yaitu gerakan yang dipengaruhi oleh tenaga gravitasi bumi. Kerucut gunungapi memiliki lereng yang sangat curam dan terdapat lembah-lembah dalam. Material endapannya merupakan campuran bahan erupsi yang masih sangat kasar hingga kasar, Kerucut gunungapi didominasi oleh aktifitas pengangkutan dan longsor lahan.
4.      Lereng gunungapi merupakan satuan bentuklahan yang terdapat di bawah kerucut gunungapi, dengan proses dominan berupa pengangkutan material secara gravitatif dan oleh tenaga air. Lereng terbentuk dari hasil endapan material erupsi yang berlangsung secara bertahap. Kemiringan lereng di satuan bentuklahan ini bervariasi dari curam sampai agak curam dengan aktifitas longsor lahan dan pengangkutan oleh air. Ciri lain yang umum adalah telah digunakannya untuk lahan pertanian, permukiman, peternakan, perkebunan dan pariwisata. Biasanya lereng gunungapi ini memiliki bentuk yang belum teratur dengan lembah-lembah yang dalam.
5.      Kaki gunungapi dicirikan oleh lereng yang agak curam sampai agak landai. Kaki gunungapi  didominasi oleh pengendapan materi gunungapi misalnya yang melalui lembah-lembah sungai. Materi yang diendapkan antara lain lumpur, endapan lava dan materi piroklastik. Proses pengangkutan mulai berkurang yang disebabkan oleh kemiringan lereng yang mulai berkurang. Proses gravitatif yang terjadi juga mulai lemah.
6.      Dataran kaki gunungapi merupakan satuan bentuklahan yang lebih datar dan terbentuk dari pengendapan material oleh proses fluvial. Proses sedimentasi pada  lembah sungai mulai aktif karena adanya penurunan kemiringan lereng yang memungkinkan terjadinya pengendapan yang cukup besar. Kemiringan lerengnya bervariasi dari agak landai sampai landai. Pemanfaatan lahan untuk pertanian mulai berkembang. Material permukaan didominasi oleh kerikil hingga pasir kasar. Proses erosi pada unit ini mulai lebih kecil dari pengendapannya. Secara umum proses erosi yang tampak adalah dari erosi lembar sampai erosi alur.
7.      Dataran fluvio gunungapi merupakan satuan bentuklahan dengan topografi datar dan terbentuk oleh pengendapan dari proses fluvial. Proses pengendapan yang terjadi lebih intensif serta material utamanya berupa pasir sedang hingga halus pada bagian atasnya. Di sini pemanfaatan lahan untuk pertanian dan permukiman lebih berkembang.
8.      Medan lava dan medan lahar. Medan lava terbentuk oleh adnya aliran lava melalu lembah-lembah dan hasil erupsi gunungapi. Karakeristik satuan bentuklahan ini berupa daerah yang bergelombang tak teratur. Medan lava akan terbentuk bila terjadi curahan lava pada volume yang sangat besar yang umumnya berupa lava basalt. Medan lava ini diyakini berhubungan erat dengan adanya erupsi melalui rekahan, baik yang muncul di sekitar kawah maupun kerucut gunungapi.

BENTUKLAHAN ASAL PROSES FLUVIAL

PENGERTIAN GEOMORFOLOGI FLUVIAL
Satuan geomorfologi yang pembentukannya erat hubungannya dengan proses fluviatil. Proses fluviatil adalah semua proses yang terjadi di alam baik fisika, maupun kimia yang mengakibatkan adanya perubahan bentuk permukaan bumi, yang disebabkan oleh aksi air permukaan, baik yang merupakan air yang mengalir secara terpadu (sungai), maupun air yang tidak terkonsentrasi ( sheet water). Proses fluviatil akan menghasilkan suatu bentang alam yang khas sebagai akibat tingkah laku air yang mengalir di permukaan. Bentang alam yang dibentuk dapat terjadi karena proses erosi maupun karena proses sedimentasi yang dilakukan oleh air permukaan.
SUNGAI
a.       Pengertian sungai
Sungai adalah permukaan air yang mengalir mengikuti bentuk salurannya.
b.      Klasifikasi lembah sungai
-          Klasifikasi lembah sungai berdasarkan atas genetic (asal mula pembentukan)
1)      Sungai Konsekuen adalah sungai yang berkembang dan mengalir searah lereng topografi aslinya. Sungai konsekuen sering diasosiasikan dengan kemiringan asli dan struktur lapisan batuan yang ada dibawahnya. Selama tidak dipakai sebagi pedoman, bahwa asal dari pembentukan sungai konsekuen adalah didasarkan atas lereng topografinya bukan pada kemiringan lapisan batuannya.
2)      Sungai Subsekuen adalah sungai yang berkembang disepanjang suatu garis atau zona yang resisten. sungai ini umumnya dijumpai mengalir disepanjang jurus perlapisan batuan yang resisten terhadap erosi, seperti lapisan batupasir. Mengenal dan memahami genetika sungai subsekuen seringkali dapat membantu dalam penafsiran geomorfologi. Sungai Resekuen. Lobeck (1939) mendefinisikan sungai resekuen sebagai sungai yang mengalir searah dengan arah kemiringan lapisan batuan sama seperti tipe sungai konsekuen. Perbedaanya adalah sungai resekuen berkembang belakangan.
3)      Sungai obsekuen adalah sungai yang mengalir berlawanan arah dengan kemirigan dip batuan atau berlawanan dengan aliran sungai konsekuen. Sungai ini biasanya merupakan cabang sungai subsekuen.
4)      Sungai Resekuen adalah sungai yang alirannya searah dengan sungai konsekuen tetapi terbentuknya kemudian setelah pengangkatan. Sungai resekuen biasanya merupakan cabang sungai subsekuen
5)      Sungai Insekuen adalah sungai yang arah alirannya tidak teratur. sungai ini mencari batuan yang lebih lunak untuk diterobos seperti daerah yang berstadia tua dan mengalami erosi kuat.
6)      Sungai Superposed atau sungai Superimposed adalah sungai yang terbentuk diatas permukaan bidang struktur dan dalam perkembangannya erosi vertikal sungai memotong ke bagian bawah hingga mencapai permukaan bidang struktur agar supaya sungai dapat mengalir ke bagian yang lebih rendah. Dengan kata lain sungai superposed adalah sungai yang berkembang belakangan dibandingkan pembentukan struktur batuannya.
7)      Sungai Antecedent adalah sungai yang lebih dulu ada dibandingkan dengan keberadaan struktur batuanya dan dalam perkembangannya air sungai mengikis hingga ke bagian struktur yang ada dibawahnya. Pengikisan ini dapat terjadi karena erosi arah vertikal lebih intensif dibandingkan arah lateral.
-          Klasifikasi lembah sungai berdasarkan atas bentuk lembah
1)      Dendritik : pola pengaliran dengan bentuk seperti pohon, dengan anak-anak sungai dan cabang-cabangnya mempunyai arah yang tidak beraturan. Umumnya berkembang pada batuan yang resistensinya seragam, batuan sedimen datar, atau hampir datar, daerah batuan beku masif, daerah lipatan, daerah metamorf yang kompleks. Kontrol struktur tidak dominan di pola ini, namun biasanya pola aliran ini akan terdapat pada daerah punggungan suatu antiklin.
2)      Radial, adalah pola pengaliran yang mempunyai pola memusat atau menyebar dengan 1 titik pusat yang dikontrol oleh kemiringan lerengnya.
3)      Rectanguler : pola pengaliran dimana anak-anak sungainya membentuk sudut tegak lurus dengan sungai utamanya, umumnya pada daerah patahan yang bersistem (teratur).
4)      Trellis, adalah bentuk seperti daun dengan anak-anak sungai sejajar. Sungai utamanya biasanya memanjang searah dengan jurus perlapisan batuan. Umumnya terbentuk pada batuan sedimen berselang-seling antara yang mempunyai resistensi rendah dan tinggi. Anak-anak sungai akan dominan terbentuk dari erosi pada batuan sedimen yang mempunyai resistensi rendah.
-          Klasifikasi lembah sungai berdasarkan atas struktur pengontrol
Sungai Anteseden adalah sungai yang tetap mempertahankan arah aliran airnya walaupun ada struktur geologi (batuan) yang melintang. Hal ini terjadi karena kekuatan arusnya, sehingga mampu menembus batuan yang merintanginya. Sungai Superposed, adalah sungai yang melintang, struktur dan prosesnya dibimbing oleh lapisan batuan yang menutupinya.
-          Klasifikasi lembah sungai berdasarkan atas sifat aliran
1)      Sungai Permanen/Perennial : yaitu sungai yang mengalirkan air sepanjang tahun dengan debit yang relatif tetap. Dengan demikian antara musim penghujan dan musim kemarau tidak terdapat perbedaan aliran yang mencolok. Tipe sungai ini biasanya terdapat didaerah yang beriklim basah, daerah kutub, dan subkutub. Di Indonesia tipe sungai ini berkembang apabila kondisi lahannya dapat mendukung. Contoh : Sungai permanen di Indonesia.
2)      Sungai Musiman/Periodik/Intermitten : yaitu sungai yang aliran airnya tergantung pada musim. Pada musim penghujan ada alirannya dan musim kemarau sungai kering. Berdasarkan sumber airnya sungai intermitten dibedakan : a) Spring fed intermitten river yaitu sungai intermitten yang sumber airnya berasal dari air tanah dan b) Surface fed intermitten river yaitu sungai intermitten yang sumber airnya berasal dari curah hujan atau penciran es.
3)      Sungai Tidak Permanen/Ephemeral : yaitu sungai tadah hujan yang mengalirkan airnya sesaat setelah terjadi hujan. Karena sumber airnya berasal dari curah hujan maka pada waktu tidak hujan sungai tersebut tidak mengalirkan air.
c.       Tiga aktivitas utama sungai
-          Erosi
Erosi adalah lepasnya material dasar dari tebing sungai. Erosi yang dilakukan oleh air dapat dilakukan dengan berbagai cara, yaitu
1)      Quarrying, yaitu pendongkelan batuan yang dilaluinya.
2)      Abrasi, yaitu penggerusan terhadap batuan yang dilewatinya.
3)      Scouring, yaitu penggerusan dasar sungai akibat adanya ulakan sungai, misalnya pada daerah cut off slope pada Meander.
4)      Korosi, yaitu terjadinya reaksi terhadap batuan yang dilaluinya.
Berdasarkan arahnya, erosi dapat dibedakan menjadi
5)      Erosi vertikal, erosi yang arahnya tegak dan cenderung terjadi pada daerah bagian hulu dari sungai menyebabkan terjadinya pendalaman lembah sungai.
6)      Erosi lateral, yaitu erosi yang arahnya mendatar dan dominan terjadi pada bagian hilir sungai, menyebabkan sungai bertambah lebar .
7)      Erosi yang berlangsung terus hingga suatu saat akan mencapai batas dimana air sungai sudah tidak mampu mengerosi lagi dikarenakan sudah mencapai erosion base level.
8)      Erosion base level ini dapat dibagi menjadi ultimate base level yang base levelnya berupa permukaan air laut dan temporary base level yang base levelnya lokal seperti permukaan air danau, rawa, dan sejenisnya. Intensitas erosi pada suatu sungai berbanding lurus dengan kecepatan aliran sungai tersebut. Erosi akan lebih efektif bila media yang bersangkutan mengangkut bermacam-macam material. Erosi memiliki tujuan akhir meratakan sehingga mendekati ultimate base level.

a.       Transportasi
Transportasi adalah terangkutnya material hasil erosi, dengan cara terbawa dalam larutan, melompat, menggelinding. Transportasi mengangkut material oleh suatu tubuh air yang dinamis yang diakibatkan oleh tenaga kinetis yang ada pada sungai sebagai efek dari gaya gravitasi
Dalam membahas transportasi sungai dikenal istilah :
·         stream capacity : jumlah beban maksimum yang mampu diangkat oleh aliran sungai
·         stream competance : ukuran maksimum beban yang mampu diangkut oleh aliran sungai.Sungai mengangkut material hasil erosinya secara umum melalui 2 mekanisme, yaitu mekanisme bed load dan suspended load .
Mekanisme bed load : pada proses material-material tersebut terangkut sepanjang dasar sungai, dibedakan menjadi beberapa cara, antara lain :
·         Traction : material yang diangkut terseret di dasar sungai.
·         Rolling : material terangkut dengan cara menggelinding di dasar sungai.
·         Saltation : material terangkut dengan cara menggelinding pada dasar sungai.
Mekanisme suspended load : material-material terangkut dengan cara melayang dalam tubuh sungai, dibedakan menjadi :
·         Suspension : material diangkut secara melayang dan bercampur dengan air sehingga menyebabkan sungai menjadi keruh.
·         Solution : material terangkut, larut dalam air dan membentuk larutan kimia.

b.      Deposisi
Proses sedimentasi yang terjadi ketika sungai tidak mampu lagi mengangkut material yang dibawanya. Apabila tenaga angkut semakin berkurang, maka material yang berukuran kasar akan diendapkan terlebih dahulu baru kemudian diendapkan material yang lebih halus. Ukuran material yang diendapkan berbanding lurus dengan besarnya energi pengangkut, sehingga semakin ke arah hillir ukuran butir material yang diendapkan semakin halus.
BENTUKLAHAN BENTUKAN ASAL FLUVIAL
1.      Dataran aluvial
Dataran alluvial merupakan dataran yang terbentuk akibat proses-proses geomorfologi yang lebih didominasi oleh tenaga eksogen antara lain iklim, curah hujan, angin, jenis batuan, topografi, suhu, yang semuanya akan mempercepat proses pelapukan dan erosi. Hasil erosi diendapkan oleh air ke tempat yang lebih rendah atau mengikuti aliran sungai.
Dataran alluvial menempati daerah pantai, daerah antar gunung, dan dataran lembah sungai. daerah alluvial ini tertutup oleh bahan hasil rombakan dari daerah sekitarnya, daerah hulu ataupun dari daerah yang lebih tinggi letaknya. Potensi air tanah daerah ini ditentukan oleh jenis dan tekstur batuan.
2.      Dataran banjir
Dataran banjir berupa dataran yang luas yang berada pada kiri kanan sungai yang terbentuk oleh sedimen akibat limpasan banjir sungai tersebut. Umumnya berupa pasir, lanau, dan lumpur.
3.      Tanggul alam sungai (natural levee)
Tanggul yang terbentuk akibat banjir sungai di wilayah dataran rendah yang berperan menahan air hasil limpasan banjir sehingga terbentuk genangan yang dapat kembali lagi ke sungai. Seiring dengan proses yang berlangsung kontinyu akan terbentuk akumulasi sedimen yang tebal sehingga akhirnya membentuk tanggul alam.
4.      Rawa belakang (backswamps)
Backswamp atau Rawa belakang adalah bagian dari dataran banjir dimana simpanan tanah liat menetap setelah banjir. Backswamps biasanya terletak di belakang sungai alam sebuah tanggul. Kemudian kembali rawa-rawa yang terletak agak jauh dari saluran sungai di dataran banjir tersebut. Ketika air tumpah ke dataran banjir, material terberat tetes keluar pertama dan materi terbaik dilakukan jarak yang lebih besar
Relief                                      : Cekung – datar
Batuan/struktur                       :Berlapis, tidak kompak
Proses                                      :Sedimentasi
Karakteristik                           :Relief cekung - datar, selalu tergenang, proses sedimentassi.
5.      Kipas aluvial
Bila suatu sungai dengan muatan sedimen yang besar mengalir dari bukit atau pegunungan, dan masuk ke dataran rendah, maka akan terjadi perubahan gradien kecepatan yang drastis, sehingga terjadi pengendapan material yang cepat, yang dikenal sebagai kipas aluvial, berupa suatu onggokan material lepas, berbentuk seperti kipas, biasanya terdapat pada suatu dataran di depan suatu gawir. Biasanya pada daerah kipas aluvial terdapat air tanah yang melimpah. Hal ini dikarenakan umumnya kipas aluvial terdiri dari perselingan pasir dan lempung sehingga merupakan lapisan pembawa air yang baik.
6.      Teras sungai
teras sungai dapat dimanfaatkan untuk mengetahui proses-proses yang telah terjadi di masa lalu. teras sungai merupakan satu morfologi yang sering dijumpai pada sungai. Proses deposisi, proses migrasi saluran, proses erosi sungai meander dan aliran overbank sangat
berperan dalam pembentukan dan perkembangan dataran banjir. Faktor yang mempengaruhi proses pembentukan dan perkembangan teras sungai adalah perubahan base level of erosion dan perubahan iklim
7.      Gosong sungai (point bar)
Relief                                : Datar – berombak
Batuan/struktur                 : Berlapis, tidak kompak
Proses                                :Sedimentasi
Karakteristik                     : Terbentuk pada tubuh sungai bagian hilir, bagian hulu gosong tumpul dan bagian hilir menyudut.
8.      Sungai teranyam (braided stream)
Terbentuk pada bagian hilir sungai yang memiliki slope hampir datar – datar, alurnya luas dan dangkal. terbentuk karena adanya erosi yang berlebihan pada bagian hulu sungai sehingga terjadi pengendapan pada bagian alurnya dan membentuk endapan gosong tengah. Karena adanya endapan gosong tengah yang banyak, maka alirannya memberikan kesan teranyam. Keadaan ini disebut juga anastomosis( Fairbridge, 1968).
9.      Sungai meander dan enteranched meander
Bentukan pada dataran banjir sungai yang berbentuk kelokan karena pengikisan tebing sungai, daerah alirannya disebut sebagai Meander Belt. Meander ini terbentuk apabila pada suatu sungai yang berstadia dewasa/tua mempunyai dataran banjir yang cukup luas, aliran sungai melintasinya dengan tidak teratur sebab adanya pembelokan aliran Pembelokan ini terjadi karena ada batuan yang menghalangi sehingga alirannya membelok dan terus melakukan penggerusan ke batuan yang lebih lemah.
10.  Delta dan macamnya
Delta adalah bentang alam hasil sedimentasi sungai pada bagian hilir setelah masuk pada daerah base level. Pada saat aliran air mendekati muara, seperti danau atau laut maka kecepatan aliranya menjadi lambat. Akibatnya, terjadi pengendapan sedimen oleh air sungai. Pasir akan diendapkan sedangkan tanah liat dan lumpur akan tetap terangkut oleh  aliran air. Setelah sekian lama , akan terbentuk lapisan - lapisan sedimen. Akhirnya  lapian lapisan sedimen membentuk dataran yang luas pada bagian sungai yang mendekati muaranya dan membentuk delta.
Pembetukan delta memenuhi beberapa syarat. Pertama, sedimen yang dibawa oleh sungai harus banyak ketika akan masuk laut atau danau. Kedua, arus panjang di sepanjang pantai tidak terlalu kuat. Ketiga , pantai harus dangkal. Contoh bentang alam ini adalah delta Sun
DANAU TAPAL KUDA (OXBOW LAKE)
Oxbow lake atau danau tapal kuda merupakan danau yang terbentuk  bila sungai yang berkelok-kelok atau sungai meander melintasi daratan mengambil jalan pintas dan meninggalkan potongan-potongan yang akhirnya membentuk danau tapal kuda. Oxbow lake terbentuk dari waktu ke waktu sebagai akibat dari erosi dan sedimentasi dari tanah disekitar sungai meander.
Meander dapat didefinisikan sebagai aliran sungai yang berbelok-belok secara teratur dengan arah pembelokan lebih atau kurang 180%. Meander merupakan bentuk aliran sungai pada daerah datar yang berliku-liku, baik datar karena endapan alluvial atau karena peneplainisasi. Proses berkelok-keloknya sungai dimulai dari sungai bagian hulu. Pada bagian hulu, volume air kecil dan tenaga yang terbentuk juga kecil. Akibatnya sungai mulai menghindari penghalang dan mencari rute yang paling mudah dilewati. Sementara, pada bagian hulu belum terjadi pengendapan.
Pada bagian tengah, yang wilayahnya mulai datar aliran air mulai lambat dan membentuk meander. Proses meander terjadi pada tepi sungi, baik bagian dalam maupun tepi luar. Di bagian sungai yang aliranya cepat akan terjadi pengikisan sedangkan bagian tepi sungai yang lamban alirannya akan terjadi pengendapan.
Apabila hal itu berlangsung secara terus-menerus akan membentuk meander. Meander biasanya terbentuk pada sungai bagian hilir, dimana pengikisan dan Pengendapan terjadi secara berturut turut. Bagian belokan meander yang hampir bersentuhan karena perkembangan erosi disebut neck.
Akibat putusnya neck oleh trobosan aliran sungai dapat terbentuk danau oxbow lake atau mort lake. Oxbow lake banyak ditemukan pada sungai. Sungai dewasa adalah sungai yang berliku-liku dan mempunyai suatu dataran yang mudah untuk dilanda banjir. Jika peremajaan sungai terjadi maka erosi sungai meander dapat meningkat kearah dalam dan terbentuk meander sungai dengan tebing terjal, sungai seperti itu disebut incised atau ontrenched meander.
1)      Teori terbentuknya meander
a.       Menurut J.A Panne Koek
Terbentuknya meander ialah karena aanya reaksi yang wajar dari aliran sungai terhadap batu-batuan yang relative homogen dan tidak begitu tahan terhadap erosi.
b.      Menurut Ferrel
Bagaimanapun arah aliran sungai akan mengalami pengaruh dari pada reaksi bumi. Di permukaan bumi semua arus mengalami pembelokan sebagai akibat dari rotasi bumi yaitu disebelah utara equator membelok ke kiri.
Oleh karena hal ini, maka sungai yang sebetulnya hendak mengalir lurus terpaksa mengalami pembelokan dan tebingnya yang sebelah mengalami erosi lebih besar daripada tebing yang lain. Apabila sekali terjadi pembelokan maka belokan yang lain akan menyusul, hal ini disebabkan terjadi arus helioceida yang timbul pada waktu sungai arahnya berbelok.

2)      Pengaruh erosi dan sedimentasi pada meander
Erosi ke samping (lateral) menyebabkan lembah bertambah lebar dan membentuk kelokan-kelokan. Bentuk kelokan sungai yang khas dinamakan meander, yaitu kelokan sungai yang teratur berbentuk setengah lingkaran, terdapat di bagian tengah dan hilir aliran sungai.
Erosi vertical membuat lembah bertambah dalam. Air terjun terbentuk jika erosi vertical mendapat hambatan di suatu tempat, misalnya batuan yang keras, sementara batuan di tempat yang berdampingan di hilirnya lebih lunak. Erosi mudik terjadi juga di air terjun. Erosi mudik di daerah mata air, menyebabkan sungai bertambah panjang ke arah hulu.
Proses sedimentasi menghasilkan berbagai bentukan yang terletak di tengah lembah, dibagian dalam kelokan atau meander, dan di muara sungai. Pengendapan di muara sungai akan membentuk delta, apabila lautnya dangkal dan arusnya tidak terlalu kuat. Pengendapan di bagian tepi lembah terjadi pada waktu banjir akan membentuk tanggul-tanggul alam dan dataran banjir. Dataran banjir merupakan lahan yang baik untuk persawahan atau pertanian lahan kering.
3)      Pembentukan meander dan oxbow lake
Belokan-belokan sungai ini akan bertambah lebar sehingga pada waktu air pasang, terdapat hubungan langsung antara lingkaran yang satu dan lingkaran yang lain. Selama air pasang, terjadilah pengikisan dan pemindahan material batuan di sepanjang lembah sungai. Akibatnya ketika air surut terputuslah lingkaran-lingkaran dan terbentuklah cabang-cabang yang mati, serta danau-danau dan payau-payau yang melengkung. Sungai-sungai besar seperti sungai indragiri dan sungai Musi di sumatera, sungai Kapuas di Kalimantan, sungai Balim di Irian atau sungai Bengawan Solo di Jawa dengan jelas memperlihatkan gejala-gejala di atas.

4)      Macam-macam meander
a.       Meander mendalam
Meander mendalam adalah meander yang terjadinya disebabkan adanya erosi vertical dan erosi lateral, sehingga erosinya melebab dan mendalam.
b.      Meander berteras
Meander berteraas adalah meander yang terjadinya karena adanya pengangkatan yang bertingkat-tingkat, sehingga pada tepi-tepi lembah pada sisi kiri dan kanan terjadai teras-teras yang bertingkat.
c.       Meander lembah
Meander lembah adalah meander yang terdapat pada lembah yang sudah mencapai stadium dewasa, ketika lebar dari meander lembah ini 20x lebar saluran.
d.      Meander bebas
Meander bebas adalah meander yang jalur meandernya tidak tertentu. Meander ini terjadi pada sungai yang sudah mencapai stadium tua dan banyak sekali bekas-bekas yang telah ditinggalkan.
e.       Meander pengikisan
Meander pengikisan adalah meander yang terjadinya karena ada pengangkatan atau penurunan permukaan laut( dapat juga dikatakan karena adanya perubahan gravitasi atau perubahan erosi basis) sehingga akan mengakibatkan erosi vertical aktif lagi.
5)      Meander dan bagian-bagiannya
-          Neck = bagian leher dari meander
-          Spur = bagian kepala dari meander
-          Undercut Slope= bagian dari lengkung meander
-          Slip Off slope = bagian lengkung meander yang selalu mendapat sedimentasi
-          Oxbow lake = bekas spur yang telah ditinggalkan dan sekarang berbentuk seperti danau

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh6zgPsn-6yJpqmjiBDEjhGM2-5Tei20DdQhd211OER18VqctW5ti5y3rfZjRIJqUAuKINmjWTZm8LIsAii9VyfO3piE6XHl8aszsu0NPczyLL7lM0DjGYEGnxUI2G5nyqiNU8F9ENceF_Y/s320/picture23.jpg
6)      Formasi Oxbow Lake
a.       Awalnya sungai meander yang terbentuk aliran airnya relatif datar karena liku-liku yang ada belum terlalu melengkung, sehingga arus air sungai masih pelan.
b.      Air mulai mengalir dengan kecepatan yang berbeda, ketika mengalir pada lekukan pada suatu sungai kelok-kelok. Air yang melewati lekukan yang menjorok keluar (cut bank) akan menyebabkan terjadinya erosi secara terus-menerus. Cut bank merupakan zone tanah yang tererosi oleh aliran sungai dalam pembentukan meander. Sehingga erosi yang terjadi dalam waktu yang lama akan menyebabkan cut bank semakin melebar.
c.       Sementara itu, di sisi lekukan yang lain akan terjadi pengendapan yang menyebabkan terbentuknya point bar. Point bar merupakan proses sedimentasi yang dominan di dalam alur sungai. Bentuk dan ukuran point bar bervariasi tergantung pada besarnya alur sungai serta berkembang pada bagian lengkung dalam (inner band) alur sungai.
d.      Dalam jangka waktu yang panjang, cut bank akan melebar ke arah luar dan juga point bar akan melebar ke arah sungai karena pengendapan yang terus terjadi, sehingga akan terbentuk lekukan yang semakin tajam.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi33ynUu_GQEcIqJ_tXSfCf0CaBoxzN_UWscvM2xr6S-zqNfCa1AsIKGXu_ROR4qRi_64afvYTvcGCEOWDrz1zQn2a3N4WjJ2OLY6GcoFzapUKYhljJBl1K6R8GZi-m_XwkXEG2c4bXzXaA/s320/daerah-aliran-sungai.jpg

e.       Lekukan tersebut lama-lama akan membentuk "neck" yaitu ujung dari lekukan yang seperti akan terhubung dengan ujung lekukan yang lain.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjErDRxCldMkvhApTdW3d3Km2GVD9Xv4DQ2ukUd4T-9dRkQK4J8r7MP1fbso5PD0D-KFAMEAzXP0MalxJSRfFFzcl32ePsoG6Eq6WoPp695Q2fD9gg3NuFELK0d3BDX0EM07vy_qiWYEJZ4/s1600/Nowitna_river-497756.jpg
f.       Selanjutnya, "neck" akan semakin menyempit karena proses erosi yang terus menerus. Jika terjadi hujan, air akan mampu menggenangi "neck" tersebut, sehingga air hujan akan mampu mengerosi lekukan tepi sungai yang kemudian akan mampu membentuk aliran sungai baru yang lebih lurus. Karena hal tersebut air yang mengalir tidak lagi melewati lekukan tapi lebih memilih untuk mengalir pada saluran yang lurus.
g.      Pemisahan yang akhirnya memotong (cut-off) "neck" dari sungai akan meninggalkan lekukan sungai tersebut yang kemudian akan terbentuk oxbow lake. Air di dalam oxbow lake tidak lagi dialiri oleh air sungai, sehingga debit air di dalam oxbow lake akan tetap. Dalam waktu yang lama air dalam danau akan menjadi asam karena tidak ada sirkulasi air. Akhirnya oxbow lake seakan-akan membentuk seperti kolam .

BENTUKLAHAN ASAL PROSES AEOLIN

Bentuklahan asal proses aeolin dapat terbentuk dengan baik jika memiliki persyaratan sebagai berikut :
1.      Tersedia material berukuran pasir halus hingga pasir kasar dengan jumlah yang banyak
2.      Adanya periode kering yang panjang dan tegas
3.      Adanya angin yang mampu mengangkut dan mengendapkan bahan pasir tersebut
4.      Gerakan angin tidak banyak terhalang oleh vegetasi maupun objek yang lain.
Endapan oleh angin terbentuk oleh adanya pengikisan,pengangkutan dan pengendapan bahan-bahan tidak kompak oleh angin. Endapan karena angin yang paling utama adalah gumuk pasir(sandunes),dan endapan debu(loose). Kegiatan angin mempunyai dua aspek utama,yaitu bersifat erosif dan deposisi. Bentuklahan yang berkembang terdahulu mungkin akan berkembang dengan baik apabila di padang pasir terdapat batuan. Pada hakekatnya bentuklahan asal proses eolin dapat dibagi menjadi 3, yaitu :
1.      Erosional, contohnya : lubang angin dan lubang ombak
2.      Deposisional, contohnya : gumuk pasir (sandunes)
3.      Residual , contohnya : lag deposit, deflation hollow , dan pans
SATUAN BENTUK LAHAN ASAL PROSE AEOLIN:
1.      Gumuk Pasir atau Sandunes
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEheHSym8F3yBtRDdczrAVQyoUbQUXoJo6uCDOPtf-VGiVBgqOPqMcUltUSY5s0SHOEduHu50Cd32PK0i4Kt7c0Xb2He_ChecTo9Gog46krjWTd_2wojMYRjJFxyLGlx3ruYLpoI3eMhq8iv/s400/Gumuk%20Pasir1.JPG
Gumuk pasir adalah gundukan bukit atau igir dari pasir yang terhembus angin. Gumuk pasir dapat dijumpai pada daerah yang memiliki pasir sebagai material utama, kecepatan angin tinggi untuk mengikis dan mengangkut butir-butir berukuran pasir, dan permukaan tanah untuk tempat pengendapan pasir, biasanya terbentuk di daerah arid (kering).
Bentuk gumuk pasir bermacam-macam tergantung pada faktor-faktor jumlah dan ukuran butir pasir, kekuatan dan arah angin, dan keadaan vegetasi. Bentuk gumuk pasir pokok yang perlu dikenal adalah bentuk sabit (barchans),melintang (transverse), memanjang (longitudinal dune), parabola (parabolik), bintang (star dune).
Secara garis besar, ada dua tipe gumuk pasir, yaitu free dunes (terbentuk tanpa adanya suatu penghalang) dan impedeed Dunes (yang terbentuk karena adanya suatu penghalang).Beberapa tipe gumuk pasir
a.      Gumuk Pasir sabit (barchan)
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEirJD5bLmn0vqWzLxa9cnwP8eWOWnwAkR7mpl3-gXOr3sosYSduHqKmzSmsgmp9-tK6SOZvg1HO_EXY7Gc96-0mx1iD6vubHQwMSsn8LsFXlX9Egf8fRLPoMlQgQj9iPOyaaCCvEtrOeOZo/s400/Gumuk%20Pasir2.JPG
Gumuk pasir ini bentuknya menyerupai bulan sabit dan terbentuk pada daerah yang tidak memiliki barrier.(penghalang) Besarnya kemiringan lereng daerah yang menghadap angin lebih landai dibandingkan dengan kemiringan lereng daerah yang membelakangi angin, sehingga apabila dibuat penampang melintang tidak simetri. Ketinggian gumuk pasir barchan umumnya antara 5 – 15 meter. Gumuk pasir ini merupakan perkembangan, karena proses eolin tersebut terhalangi oleh adanya beberapa tumbuhan, sehingga terbentuk gumuk pasir seperti ini dan daerah yang menghadap angin lebih landai dibandingkan dengan kemiringan lereng daerah yang membelakangi angin.
b.      Gumuk Pasir Melintang (transverse dune)
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgkVBHGJkhW4MSdIRRSqwcJFIhtg9yXnwas9A7iZ0jrgwp5-KTLz4lLkNBoL8YT42rnNHqCIMUR3sNZTbwcYltcgwbLrn4eAxaNbsAbkq1k3LiVFXmEzSnrf6vZCYrOUhWlccFdU7TrIK-r/s400/Gumuk%20Pasir4.JPG
Gumuk pasir ini terbentuk di daerah yang tidak berpenghalang dan banyak cadangan pasirnya. Bentuk gumuk pasir melintang menyerupai ombak dan tegak lurus terhadap arah angin. Awalnya, gumuk pasir ini mungkin hanya beberapa saja, kemudian karena proses eolin yang terus menerus maka terbentuklah bagian yang lain dan menjadi sebuah koloni. Gumuk pasir ini akan berkembang menjadi bulan sabit apabila pasokan pasirnya berkurang.
c.       Gumuk Pasir Parabolik
Gumuk pasir ini hampir sama dengan gumuk pasir barchan akan tetapi yang membedakan adalah arah angin. Gumuk pasir parabolik arahnya berhadapan dengan datangnya angin. Awalnya, mungkin gumuk pasir ini berbentuk sebuah bukit dan melintang, tetapi karena pasokan pasirnya berkurang maka gumuk pasir ini terus tergerus oleh angin sehingga membentuk sabit dengan bagian yang menghadap ke arah angin curam.
d.      Gumuk Pasir Memanjang (longitudinal dune)
Gumuk pasir memanjang adalah gumuk pasir yang berbentuk lurus dan sejajar satu sama lain. Arah dari gumuk pasir tersebut searah dengan gerakan angin. Gumuk pasir ini berkembang karena berubahnya arah angin dan terdapatnya celah diantara bentukan gumuk pasir awal, sehingga celah yang ada terus menerus mengalami erosi sehingga menjadi lebih lebar dan memanjang.
e.       Gumuk Pasir Bintang (star dune)
Gumuk pasir bintang adalah gumuk pasir yang dibentuk sebagai hasil kerja angin dengan berbagai arah yang bertumbukan. Bentukan awalnya merupakan sebuah bukit dan disekelilingnya berbentuk dataran, sehingga proses eolin pertama kali akan terfokuskan pada bukit ini dengan tenaga angin yang datang dari berbagai sudut sehingga akan terbentuk bentuklahan baru seperti bintang. Bentuk seperti ini akan hilang setelah terbentuknya bentukan baru disekitarnya.
2.      Loess
Loess adalah bentuklahan asal proses eoline yang terbentuk dari bahan endapan angin yang berukuran debu oleh erosi angin yang berasal dari daerah gurun dan pada umumnya tidak berlapis. Bentuk lahan ini kemungkinan juga mengandung pasir halus dan liat. Bahan seperti loess ini menutupi 1/10 daratan di muka bumi. Loess umumnya berwarna kuning dengan sekurang kurangnya 60%-70% partikel berukuran debu dan bertekstur geluh berdebu atau geluh liat berdebu. Loess cenderung pecah-pecah pada sepanjang bidang vertical apabila terkuak oleh erosi air atau aktivitas manusia. Akibatnya banyak bidang vertical yang stabil yang mencapai ketinggian 6 m terdapat pada daerah loess di sepanjang sisi lembah dan galian untuk jalan.
·         Tipe Impedeed Dunes
a.       Blowout
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEigzfagikXT-0FddX4Xa5gpeWd4gr8a-RsHlRRWGUIT0UyP5k1Y8EPd0SwwUfMxxyy8gJgfItqsW8h5oBissFWhDwRCdJBSau5bQzOQ3USjvJ5lnScr8Sy5uZEvyy_CjyFUWXa_Cw56Ab5R/s400/Gumuk%20Pasir7.JPG

Bentuk : Terdapat penutup lahan (misal : vegetasi) disekitar cekungan. Terbentuk karena deflasi local
b.      Echodunes
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgQoyChuDoItnp9PJH2fop1PX4XfMAvCl-KeIXFK5itY0QZiPTkVWRMtLZfeUPeyC-dIO96CQvSINY668QM67gqn7r4d33nJWa3zwLxd10uNkz67ZGbtKWDEpuGdlv_xYaoXkav2ejNg9ba/s400/Gumuk%20Pasir8.JPG
Bagian tepi yang memanjang, terpisah dari topografi penghalang.Proses pembentukan : akumulasi pada zone perputaran aliran angin karena zone penghalang.

BENTUK LAHAN ASAL DENUDASIONAL

DEFINISI BENTUK LAHAN ASAL DENUDASIONAL
Denudasi berasal dari kata dasar nude yang berarti telanjang, sehingga denudasi berarti proses penelanjangan permukaan bumi. Bentuk lahan asal denudasional dapat didefinisikan sebagai suatu bentuk lahan yang terjadi akibat proses-proses pelapukan, erosi, gerak masa batuan (mass wating) dan proses pengendapan yang terjadi karena agradasi atau degradasi (Herlambang, Sudarno. 2004:42). Proses degradasi cenderung menyebabkan penurunan permukaan bumi, sedangkan agradasi menyebabkan kenaikan permukaan bumi.
CIRI-CIRI BENTUK LAHAN ASAL DENUDASIONAL
1.      Relief sangat jelas: lembah, lereng, pola aliran sungai.
2.      Tidak ada gejala struktural, batuan massif, dep/strike tertutup.
3.      Dapat dibedakan dengan jelas terhadap bentuk lain.
4.      Relief lokal, pola aliran dan kerapatan aliran menjadi dasar utama untuk merinci satuan bentuk lahan.
5.      Litologi menjadi dasar pembeda kedua untuk merinci satuan bentuk lahan. Litologi terasosiasi dengan bukit, kerapatan aliran,dan tipe proses.
6.       Proses Terbentuknya Bentuk Lahan Asal Denudasional
Denudasi meliputi proses pelapukan, erosi, gerak masa batuan (mass wating) dan proses pengendapan/sedimentasi.
1.      Pelapukan
Pelapukan (weathering) dari perkataan weather dalam bahasa Inggris yang berarti cuaca, sehingga pelapukan batuan adalah proses yang berhubungan dengan perubahan sifat (fisis dan kimia) batuan di permukaan bumi oleh pengaruh cuaca. Secara umum, pelapukan diartikan sebagai proses hancurnya massa batuan oleh tenaga Eksogen, menurut Olliver(1963) pelapukan adalah proses penyesaian kimia, mineral dan sifat fisik batuan terhadap kondisi lingkungan di sekitarnya.
Akibat dari proses ini pada batuan terjadi perubahan warna, misalnya kuning-coklat pada bagian luar dari suatu bongkah batuan. Meskipun proses pelapukan ini berlangsung lambat, karena telah berjalandalam jangka waktu yang sangat lama maka di beberapa tempat telah terjadi pelapukan sangat tebal. Ada juga daerah-daerah yang hasil pelapukannya sangat tipis, bahkan tidak tampak sama sekali, hal ini terjadi sebagai akibat dari pemindahan hasil pelapukan pada tempat yang bersangkutan ke tempat lain. Tanah yang kita kenal ini adalah merupakan hasil pelapukan batuan. Faktor-faktor yang mempengaruhi pelapukan adalah:
a.         Jenis batuan (kandungan mineral, retakan, bidang pelapisan, patahan dan retakan). Batuan yang resisten lebih lambat terkena proses eksternal sehingga tidak mudah lapuk, sedangkan batuan yang tidak resisten sebaliknya. Contoh :
-          Limestone, resisten pada iklim kering tetapi tidak resisten pada iklim basah.
-          Granit, resisten pada iklim basah tetapi tidak resisten pada iklim kering.
b.        Iklim, terutama tenperatur dan curah hujan sangat mempengaruhi pelapukan.Contoh :
-          Iklim kering, jenis pelapukannya fisis
-          Iklim basah, jenis pelapukannya kimia
-          Iklim dingin, jenis pelapukannya mekanik.
c.         Vegetasi, atau tumbuh-tumbuhan mempunyai peran yang cukup besar terhadap proses pelapukan batuan. Hal ini dapat terjadi karena:
-          Secara mekanis akar tumbuh-tumbuhan itu menembus batuan, bertambah panjang dan membesar menyebabkan batuan pecah.
-          Secara kimiawi tumbuh-tumbuhan melalui akarnya mengeluarkan zat-zat kimia yang dapat mempercepat proses pelapukan batuan. Akar, batang, daun yang membusuk dapat pula membantu proses pelapukan, karena pada bagian tumbuhan yang membusuk akan mengeluarkan zat kimia yang mungkin dapat membantu menguraikan susunan kimia pada batuan. Oleh karena itu, jenis dan jumlah tumbuhan yang ada di suatu daerah sangat besar pengaruhnya terhadap pelapukan. Sebenarnya antara tumbuh-tumbuhan dan proses pelapukan terdapat hubungan yang timbal balik.
d.        Topografi
Topografi yang kemiringannya besar dan menghadap arah datangnya sinar matahari atau arah hujan, maka akan mempercepat proses pelapukan.
SATUAN BENTUK LAHAN ASAL DENUDASIOAL
1.      Pegunungan Denudasional
            Karakteristik umum unit mempunyai topografi bergunung dengan lereng sangat curam (55>140%), perbedaan tinggi antara tempat terendah dan tertinggi (relief) > 500 m.Mempunyai lembah yang dalam, berdinding terjal berbentuk V karena proses yng dominan adalah proses pendalaman lembah (valley deepening)
2.      Perbukitan Denudasional
Mempunyai topografi berbukit dan bergelombang dengan lereng berkisar antara 15 > 55%, perbedaan tinggi (relief lokal) antara 50 -> 500 m.Terkikis sedang hingga kecil tergantung pada kondisi litologi, iklim, vegetasi penutup daik alami maupun tata guna lahan. Salah satu contoh adalah pulau Berhala, hamper 72,54 persen pulau tersebut merupakan perbukitan dengan luas 38,19 ha. Perbukitan yang berada di pulau tersebut adalah perbukitan denudasional terkikis sedang yang disebabkan oleh gelombang air laut serta erosi sehingga terbentuk lereng-lereng yang sangat curam.
3.      Dataran Nyaris (Peneplain)
Akibat proses denudasional yang bekerja pada pegunungan secara terus menerus, maka permukaan lahan pada daerah tersebut menurun ketinggiannya dan membentuk permukaan yang hamper datar yang disebut dataran nyaris (peneplain). Dataran nyaris dikontrol oleh batuan penyusunan yang mempunyai struktur berlapis (layer). Apabila batuan penyusun tersebut masih dan mempunyai permukaan yang datar akibat erosi, maka disebut permukaan planasi.
4.      Perbukitan Sisa Terpisah (inselberg)
Apabila bagian depan (dinding) pegunungan/perbukitan mundur akibat proses denudasi dan lereng kaki bertambah lebar secara terus menerus akan meninggalkan bentuk sisa dengan lereng dinding yang curam. Bukit sisah terpisah atau inselberg tersebut berbatu tanpa penutup lahan (barerock) dan banyak singkapan batuan (outcrop(. Kenampakan ini dapat terjadi pada pegunungan/perbukitan terpisah maupun pada sekelompok pegunungan/perbukitan, dan mempunyai bentuk membulat. Apabila bentuknya relative memanjang dengan dinding curam tersebut monadnock.
5.        Kerucut Talus (Talus cones) atau kipas koluvial (coluvial van)
Mempunyai topografi berbentuk kerucut/kipas dengan lereng curam (350). Secara individu fragmen batuan bervariasi dari ukuran pasir hingga blok, tergantung pada besarnya cliff dan batuan yang hancur. Fragmen berukuran kecil terendapkan pada bagian atas kerucut (apex) sedangkan fragmen yang kasar meluncur ke bawah dan terendapkan di bagian bawah kerucut talus.
6.      Lereng Kaki (Foot slope)
Mempunyai daerah memanjang dan relatif sermpit terletak di suatu pegunungan/perbukitan dengan topografi landai hingga sedikit terkikis. Lereng kaki terjadi pada kaki pegunungan dan lembah atau dasar cekungan (basin). Permukaan lereng kaki langsung berada pada batuan induk (bed rok). Dipermukaan lereng kaki terdapat fragmen batuan hasil pelapukan daerah di atasnya yang diangkut oleh tenaga air ke daerah yang lebih rendah.
7.      Lahan Rusak (Bad land)
Merupakan daerah yang mempunyai topografi dengan lereng curam hingga sangat curam dan terkikis sangat kuat sehingga mempunyai bentuk lembah-lembah yang dalam dan berdinding curam serta berigir tajam (knife-like) dan membulat. Proses erosi parit (gully erosion) sangat aktif sehingga banyak singkapan batuan muncul ke permukaan (rock outcrops).
8.      Rombakan Kaki Lereng
Rombakan kaki lereng meurpakan debris batuan yang terkumpul di kaki jurang/tebing lereng.
BENTUK LAHAN ASAL PROSES MARINE
Geomorfologi asal marin merupakan bentuk lahan yang terdapat di sepanjang pantai. Proses perkembangan daerah pantai itu sendiri sangat dipengaruhi oleh kedalaman laut. Semakin dangkal laut maka akan semakin mempermudah terjadinya bentang alam daerah pantai, dan semakin dalam laut maka akan memperlambat proses terjadinya bentang alam di daerah pantai
Pantai yang Tenggelam (Shoreline of submergence). Shoreline of submergence merupakan jenis pantai yang terjadi apabila permukaan air mencapai atau menggenangi permukaan daratan yang mengalami penenggelaman. Disebut pantai tenggelam karena permukaan air berada jauh di bawah permukaan air yang sekarang. Untuk mengetahui apakah laut mengalami penenggelaman atau tidak dapat dilihat dari keadaan pantainya. Naik turunnya permukaan air laut selama periode glasial pada jaman pleistosin menyebabkan maju mundurnya permukaan air laut yang sangat besar. Selain itu, penenggelaman pantai juga bisa terjadi akibat penenggelaman daratan. Hal ini terjadi karena permukaan bumi pada daerah tertentu dapat mengalami pengangkatan atau penurunan yang juga dapat mempengaruhi keadaan permukaan air laut. Pengaruh ini sangat terlihat di daerah pantai dan pesisir.
Pada bentang lahan yang disebabkan oleh proses geomorfologi, pantai yang tenggelam dapat dibagi menjadi beberapa jenis. Hal ini dapat dilihat dari bentuk pantai yang berbeda sebagai akibat dari pengaruh gelombang dan arus laut. Jenis-jenis pantai tersebut antara lain:
a.       Lembah sungai yang tenggelam
Pada umumnya lembah sungai yang tenggelam ini disebut estuarium, sedangkan pantainya disebut pantai ria. Lembah sungai ini dapat mengalami penenggelaman yang disebabkan oleh pola aliran sungai serta komposisi dan struktur batuannya.
b.      Fjords(lembah glasial yang tenggelam)
Fjords merupakan pantai curam yang berbentuk segitiga atau berbentuk corong. Fjords atau lembah glasial yang tenggelam ini terjadi akibat pengikisan es. Ciri khas dari bagian pantai yang tenggelam ini yaitu panjang, sempit, tebingnya terjal dan bertingkat-tingkat, lautnya dalam, dan kadang-kadang memiliki sisi yang landai. Pantai fjords ini terbentuk apabila daratan mengalami penurunan secara perlahan-lahan. Bentang lahan ini banyak terdapat di pantai laut di daerah lintang tinggi, dimana daerahnya mengalami pembekuan di musim dingin. Misalnya di Chili, Norwegia, Tanah Hijau, Alaska, dan sebagainya.
c.       Bentuk pengendapan sungai
Bentuk pengendapan sungai dibedakan menjadi beberapa macam, yaitu: (1) Delta, yaitu endapan sungai di pantai yang berbentuk segitiga dan cembung ke arah laut; (2) Dataran banjir, yaitu sungai yang terdapat di kanan dan kiri sungai yang terjadi setelah sungai mengalami banjir; (3) Kipas alluvial, yaitu bentuk pengendapan sungai seperti segitiga, biasanya terdapat di daerah pedalaman, dan ukurannya lebih kecil bila dibandingkan dengan delta, serta sungainya tidak bercabang-cabang.
d.      Bentuk pengendapan glacial
Bentuk pengendapan ini disebabkan oleh proses pencairan es.
e.       Bentuk permukaan hasil diastrofisme
Bentuk kenampakan ini dapat diilustrasikan sebagai fault scraps (bidang patahan), fault line scraps (bidang patahan yang sudah tidak asli), graben (terban), dan hocgbacks. Setelah mengalami penenggelaman, fault scraps, fault line scraps, dan dinding graben akan langsung menjadi pantai.
f.       Bentuk permukaan hasil kegiatan gunung api
Jenis pantai yang disebabkan oleh kegiatan gunung api ini dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu: (1) Merupakan hasil kegiatan kerucut vulkanis (mound), yang menyebabkan terbentuknya pantai yang cembung ke luar; (2) Merupakan hasil kegiatan aliran lava (lava flow), yang menyebabkan terbentuknya pantai yang cekung ke luar.
Pantai yang Terangkat (Shoreline of emergence). Pantai ini terjadi akibat adanya pengangkatan daratan atau adanya penurunan permukaan air laut. Pengangkatan pantai ini dapat diketahui dari gejala-gejala yang terdapat di lapangan dengan sifat yang khas, yaitu:
a.       Terdapatnya bagian atau lubang dataran gelombang yang terangkat
Di daerah ini banyak dijumpai teras-teras pantai (stacks), lengkungan tapak (arches), pantai terjal (cliffs), serta gua-gua pantai (caves).
b.      Terdapatnya teras-teras gelombang
Teras gelombang ini terbentuk pada saat permukaan air mencapai tempat-tempat di mana teras tersebut berada. Teras-teras ini merupakan batas permukaan air.
c.       Terdapatnya gisik (beaches)
Gisik yaitu tepian laut yang terdapat di atas permukaan air laut yang terjadi karena adanya pengangkatan dasar laut.
d.      Terdapatnya laut terbuka
Laut terbuka ini terjadi karena adanya dasar laut yang terangkat.
e.       Garis pantai yang lurus (straight shoreline)
Erosi gelombang dan pengendapannya pada laut dangkal cenderung menurunkan bentang lahan dan menyebabkan dasar laut dasar laut yang dangkal menjadi datar. Apabila dasar laut yang dangkal tersebut sekarang mengalami pengangkatan, maka garis pantai yang terbentuk akan kelihatan lurus.     
 Pantai yang Netral (Neutral shoreline). Jenis pantai ini terjadi di luar proses penenggelaman dan pengangkatan, misalnya pantai yang terjadi pada delta, plain hanyutan, terumbu karang, gunung api, gumuk-gumuk pasir, dan jenis pantai yang merupakan hasil dari sesar (patahan).
Pantai Majemuk (Compound shorelines) Jenis pantai ini terjadi sebagai gabungan dua atau lebih proses di atas. Berarti dalam suatu daerah bisa terjadi proses penenggelaman, pengangkatan, pengendapan, dan sebagainya.
SATUAN BENTUK LAHAN ASAL MARINE
1.      Cliff atau pantai bertebing terjal
Pantai bertebing terjal merupakan bentuk lahan hasil bentukan erosi marin yang paling banyak terdapat. Bentukan dan roama cliff berbeda stu denagn yang lainya .cliff pada batuan beku akan lain dengan cliff pada batuan sedimen .pelapisan batuan sedimen misalanya akan berbeda dengan pelapissn yang miring dan lapisan mendatar,sebatas derah di atas ombak umumnya tertutup oleh vegetasi, sedang kan bagian bawahnya umumnya tertutup oleh aktivitas pasang surut dan gelombang mengikis bagian tebing, sehingga membentuk bekas-bekas abrasi seperti :
a.    Tebing (cliff)
b.    Tebing bergantung (notch)
c.    Ratan gelombang pasang surut
2.      Rataan pasang surut, platform
Rataan gelombang pasang surut pada pantai bertebing terjalk ini merupakan suatu zona yang terkadang terendam air laut pada saat pasang naik dan terkadang keringpada saat air alut surut. Rataan  gelombang pasang sdurut ini sering juga merupakan beach dengan material yang bisa berupa material halis sampai kasar yng tergantung pada kekuatan  gelombang yang bekerja pada tebing pantai .
3.      Spit, lidah gosong pasir laut
Spit terbentuk saat arus sejajar pantai melewati suatu titik/point (seperti mulut sungai) dimana dominasi arah arus dan garis pantai tidak terputar pada arah yang sama. Didominasi oleh arah arus, spit cenderung dipengaruhi oleh kekuatan gelombang, sudut gelombang dan tinggi gelombang datang. Bentuk spit memiliki dua bagian penting, yang pertama dimulai pada up-drift end (batas arusnaik) atau Proximal end (Hart et al., 2008). Proximal end adalah penambahan tetap kedarat (jika tidak terputus) dan mungkin membentuk Barrier antara laut dengan kuala atau lagoon. Yang terpenting kedua dalam bntukan spit adalah down-drift end (batas arus turun) atau distal end, yang mana terpisah dari darat dan dalam beberapa kasus, mungkin membentuk kompleks hook-shape ataucurve, tergantung variasi pengaruh arah gelombang. Sebagai contoh, Spit New Brighton di Canterbury, New Zealand, dibentuk oleh arus sejajar yang asal sedimennya dari sungai Waumakariri ke utara. Sistem spit ini sekarang berada dalam keseimbangan tapi memasuki fase pengendapan dan erosi.
4.      Hamparan lumpur
5.      Dataran pantai
Dataran pantai adalah dataran yang terletak diantara daratan dan lautan.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhwD_ba_rEK-dEwpTzAdDlLO248HMQJFz-8vR6MDLGmqAHL7hWWqOVnTGiEMHSXNSBEe8_PUUvEeNoHU3Edk5w0LiiBuo6Einlir-y2EXDic5Q5fywuEf6c2YYoXlbV8eED5RobfpTceq0s/s200/dataran+pantai.jpg
6.      Gisik
Pantai bergisik ini merupakan daerah pasang surut yang terdapat endapan material hasil abrasi. Material ini dapat berupa material halus dan juga bisa beruapa material yang kasar. Namun pantai bergisik tidak saja terdapat pada pantai cliff, tetaoi juga bisa terdapat pada derah pantai yang landai. Pada pantai yang landai material gisik ini kebanyakan berupa pasir , dan sebagian kecil berupa material dengan butiran kerikil sampai yang lebih besar . pada umum nya material pasir sutu gisik pantai berasal dari daerah pedalaman yang di bawah air sungai ke laut, kemudian di endapkan oleh arus laut se panjang pantai . gisik seperti ini dapat di jumpai di sekitar muara sungai.
7.      Tombolo
Tombolo adalah tanggul pasir alami yang menghubungkan daratan dengan pulau yang berada dekat pantai. Tombolo dapat terbentuk pada laut dangkal yang tidak terganggu oleh arus laut.
http://tugasgeografi.files.wordpress.com/2011/03/tombolo.jpg           http://tugasgeografi.files.wordpress.com/2011/03/tombolo2.jpg
8.      Dataran alluvial pantai
Dataran alluvial merupakan dataran yang terbentuk akibat proses-proses geomorfologi yang lebih didominasi oleh tenaga eksogen antara lain iklim, curah hujan, angin, jenis batuan, topografi, suhu, yang semuanya akan mempercepat proses pelapukan dan erosi. Hasil erosi diendapkan oleh air ketempat yang lebih rendah atau mengikuti aliran sungai. Dataran alluvial menempati daerah pantai, daerah antar gunung, dan dataran lembah sungai. daerah alluvial ini tertutup oleh bahan hasil rombakan dari daerah sekitarnya, daerah hulu ataupun dari daerah yang lebih tinggi letaknya. Potensi air tanah daerah ini ditentukan oleh jenis dan tekstur batuan. Daerah pantai terdapat cukup luas di pantai timur Pulau Sumatera, Pulau Jawa bagian Utara dan selatan, Pulau Kalimantan dan Irian Jaya bagian Selatan. Air tanah daerah dataran pantai selalu terdapat dalam sedimen kuarter dan resen yang batuannya terdiri dari pasir, kerikil, dan berinteraksi dengan lapisan lempung.
9.      Teras marine
10.  Lagoon
Laguna (atau lagoon dalam bahasa Inggris) adalah sekumpulan air asin yang terpisah dari laut oleh penghalang yang berupa pasir, batu karang atau semacamnya. Jadi, air yang tertutup di belakang gugusan karang (barrier reef) atau pulau-pulau atau di dalam atol disebut laguna. Istilah lagoon dalam bahasa Inggris dimulai tahun 1769. Diadaptasi dari laguna Venesia (cf Latin lacuna, 'ruang kosong'), yang secara khusus menunjuk ke pembatas Venesia, tanah pembendung air laut, yang melindungi dari Laut Adriatik dengan pantai penghalang Lido (lihat Laguna Venesia). Laguna menunjuk ke laguna pantai yang terbentuk oleh pasir atau karang di pantai yang dangkal dan laguna atol yang terbentuk dari pertumbuhan terumbu karang. Dari bahasa Inggris inilah kata laguna dalam bahasa Indonesia berasal.
Laguna pantai biasa ditemukan di pantai dengan pasang surut relatif kecil. Ia mencakup kira-kira 13 persen dari keseluruhan garis pantai. Umumnya memanjang sejajar dengan pantai dan dipisahkan dari laut oleh pulau penghalang, pasir dan bebatuan atau terumbu karang. Penghalang laguna bukan karang dibentuk oleh aksi gelombang atas arus pelabuhan yang terus menerus membuat sedimen kasar lepas pantai. Sekali penghalang laguna terbentuk, sedimen yang lebih runcing bisa menetap di air yang relatif tenang di belakang penghalang, termasuk sedimen yang dibawa ke laguna oleh sungai. Khasnya laguna pesisir memiliki bukaan sempit ke laut. Sebagai akibatnya, keadaan air dalam laguna bisa agak berbeda dari air terbuka di laut dalam hal suhu, salinitas, oksigen yang dibebaskan dan muatan sedimen.
BENTUK LAHAN ASAL ANTROPOGENIK
Menurut Whitton (1984) dalam Hendro Murtianto (2010), bentuk lahan adalah morfologi dan karakteristik permukaan lahan sebagai hasil dari interaksi antara proses fisik dan gerakan kerak dengan geologi lapisan permukaan bumi. Verstappen (1983) dalam Retno Sriwayanti (2009), mengemukakan bahwa ada beberapa faktor geomorfologi mayor yang berpengaruh dalam pengembangan lahan yaitu bentuk lahan, proses geomorfologis, dan kondisi tanah. Lebih lanjut dijelaskan, bahwa bentuk lahan mencakup kemiringan lahan, proses geomorfologi; mencakup banjir, tanah longsor, dan bahaya dari proses alam yang merugikan, sedangkan mengenai kondisi tanah, antara lain mencakup kedalaman batuan dari pelapukan material. Karakteristik geomorfologis dalam hal ini bentuk lahan memberikan informasi yang dapat menentukan dalam penggunaan lahan suatu daerah tertentu. 
Antropogenik merupakan proses atau akibat yang berkaitan dengan dengan aktivitas manusia (Retno Sriwayanti, 2009). Sehingga bentuk lahan antropogenik dapat disebut sebagai bentuk lahan yang terjadi akibat aktivitas manusia Bentuk lahan antropogenik merupakan salah satu bentuk lahan mikro.Aktivitas tersebut dapat berupa aktivitas yang telah disengaja dan direncanakan untuk membuat bentuk lahan yang baru dari bentuk lahan yang telah ada maupun aktivitas oleh manusia yang secara tidak sengaja telah merubah bentuk lahan yang telah ada.
Bentuk lahan antropogenik dapat dibentuk dari bentuk-bentuk lahan yang telah ada. Misalnya bentuk lahan marin yang dapat berubah menjadi pelabuhan dan pantai reklamasi seperti yang terdapat pada pantai Marina Semarang, dan bentuk lahan struktural dan fluvial dapat berubah menjadi waduk serta bentuk lahan struktural dan denudasional dari bukit yang telah mengalami perubahan bentuk akibat aktivitas manusia seperti yang terjadi di bukit Ngoro Mojokerto.
Contoh dari bentuk lahan antropogenik berbeda dengan contoh dari penggunaan lahan. Misalnya sawah dan permukiman, kedua contoh ini bukan merupakan bentuk lahan antropogenik melainkan termasuk pada bentuk penggunaan lahan atau landuse karena sawah dan permukiman tidak merubah bentuk lahan yang telah ada, sawah dan permukiman hanya termasuk upaya pemanfaatan dari permukaaan bentuk lahan. Bisa saja sawah ada di dataran bentuk lahan aluvial, di lereng gunung, atau bahkan di gumuk pasir. Begitu juga dengan permukiman juga bisa terdapat di dataran rendah, dataran tinggi, lembah, maupun kaki lereng, namun keberadaan sawah dan permukiman tersebut tidak bisa digolongkan dalam bentuk lahan antropogenik (Retno Sriwayanti, 2009).
AKTIVITAS MANUSIA YANG MENYEBABKAN TERBENTUKNYA LAHAN ANTROPOGENIK
Manusia dan aktivitasnya dalam kehidupan sehari-hari baik secara sadar maupun tidak sadar dapat menyebabkan perubahan pada bentuk lahan yang telah ada menjadi bentuk lahan antropogenik. Aktivitas tersebut antara lain:
·         Aktivitas reklamasi misalnya pada pantai.
·         Aktivitas pembangunan pemanfaatan lahan yang menyebabkan perubahan yang mencolok pada bentuk lahan.
·         Aktivitas penambangan atau pengambilan material yang dapat menyebabkan perubahan pada bentuk lahan.
Aktivitas antropogenik di Indonesia banyak jumlahnya, namun tidak semuanya menghasilkan bentuk lahan yang potensial. Misalnya aktivitas reklamasi pada pantai dapat menyebabkan erosi dan abrasi pada pantai tersebut. Aktivitas pembangunan waduk yang kurang tepat juga menyebabkan kerusakan pada daerah tangkapan hujan sekitar waduk sehingga dapat menyebabkan kerusakan pada lapisan tanah berupa rekahan dan retakan tanah. Oleh karena itu, aktivitas antropogenik dalam merubah lahan hendaknya memperhatikan dampak terhadap lahan disekitarnya.
SATUAN BENTUK LAHAN ANTROPOGENIK
1.      Reklamasi
Reklamasi merupakan upaya meningkatkan sumber daya alam lahan dari aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan dengan cara pengurangan atau dengan pengeringan lahan. Misalnya Pantai Marina Semarang, pantai ini merupakan pantai yang terbentuk karena aktivitas reklamasi. Kawasan yang direklamasi tersebut memanjang sesuai dengan bibir atau garis pantai. Daerah yang direklamasi cukup luas yaitu sekitar 200 hektar. Material yang digunakan berupa batuan vulkanik dan breksi. Pada bagian bawah diisi dengan breksi. Kemudian diatasnya diisi dengan batuan vulkanik.
Perubahan garis pantai mengakibatkan perubahan arus mengarah ke pantai. Arus yang sedianya dapat tertahan di Pantai Marina kemudian berubah arah masing-masing ke arah barat dan timur. Arus yang ke arah timur memiliki arus yang relatif besar dengan tidak membawa sedimen laut. Pada arus ini akan mengakibatkan abrasi terhadap pantai. Akibat abrasi pantai sekitar lima hektare lahan yang telah diuruk hilang.
Abrasi diduga di antaranya disebabkan perubahan pola arus yang diakibatkan anjungan/pemecah ombak yang dibangun sebuah industri di sebelah barat desa. Petambak (pemilik dan penggarap) yang hidupnya bergantung pada sumber daya pesisir mengalami kerugian akibat berkurangnya lahan tambak dan penurunan pendapatan akibat menurunnya produksi tambak dan tangkapan yang dipicu oleh abrasi dan pencemaran.
Selain abrasi, reklamasi Pantai Marina secara umum berpengaruh pada terjadinya erosi pantai di Sayung, Demak. Padahal, daerah tersebut dahulunya merupakan kawasan sedimentasi. Namun sekarang kondisinya sudah berbeda jauh, di kawasan pantai itu banyak yang mengalami erosi. Reklamasi atau pengurukan kawasan pantai akan mengubah sifat arus yang kemudian berdampak pada erosi pantai di daerah lain. Karena itu, setiap ada pengurukan kawasan pantai harus diwaspadai sifat arus pantai. Sifat arus air di Pantai Semarang berputar ke timur karena pada sisi timur Semarang terdapat tanjung. Arus air yang berputar seperti itu menyebabkan rawan erosi, perubahan fisik pantai, dan sedimentasi pantai dapat berubah. Selain mengakibatkan dampak tersebut, reklamasi pantai juga akan menambah jarak tempuh air sungai. Hal ini berpengaruh pada keterbentukan sedimentasi di muara yang lama sehingga terjadi pendangkalan di sana.
http://2.bp.blogspot.com/-bYkl3Gn0CR0/T2Gtrk4G81I/AAAAAAAAAFs/vSaq8dt5gZA/s320/pantai+marina.jpg
Gambar Pantai Marina Semarang
Atau contoh lainnya yaitu Kansai International Airport. Kansai International Airport (KIA) merupakan bandara internasional yang dibangun di atas lahan reklamasi di Teluk Osaka, Jepang.
http://4.bp.blogspot.com/-8s7Dn5pQhTA/T2GtqF7oZcI/AAAAAAAAAFk/KnhczlTYHPg/s320/kansai.jpg 
Gambar Kansai International Airport
Sebelum pekerjaan reklamasi, sejumlah gundukan pasir dituangkan ke dalam tanah liat yang berada di dasar laut (sand drain method). Berat tanah yang dipakai karena reklamasi membuat air di tanah liat di bawah bergerak keluar sepanjang gundukan-gundukan pasir. Dengan demikian, tanah liat tersebut menjadi kuat.
http://1.bp.blogspot.com/-wwi3kxQpJ5E/T2GtoZ5IddI/AAAAAAAAAFc/7TAWOL-ZFIc/s320/kansai+2.jpg
Gambar Detail Formasi Bawah Laut di Bawah International Airport
Kansai International Airport merupakan bukti kepedulian pemerintah Jepang akan solusi sebagai akibat dari semakin terbatasnya tanah yang ada di negeri matahari terbit ini. Sekaligus sebagai upaya untuk mengurangi polusi suara pada daerah-daerah hunian bagi masyarakat Jepang.
Pantai Marina dan Kansai International Airport termasuk ke dalam lahan antropogenik karena aktivitas reklamasi tersebut telah mengubah kondisi morfologi pantai. Garis pantai Marina menjadi lebih menjorok ke laut.
2.      Waduk
Waduk adalah kolam besar tempat menyimpan air sediaan untuk berbagai kebutuhan. Waduk dibangun dengan cara membuat bendungan yang lalu dialiri air sampai waduk tersebut penuh. Waduk dapat terbentuk dari bentuk lahan lain yang telah ada. Misalnya berasal dari bentuk lahan struktural dan fluvial. Waduk merupakan bentuk lahan antropogenik karena terbentuk oleh aktivitas manusia yang merubah lahan menjadi berbentuk cekungan.
http://2.bp.blogspot.com/-_hyfmfz-QDw/T2Gtu71LuKI/AAAAAAAAAF8/OaTI7UXgIRk/s320/pluit.jpg 
Gambar Waduk Pluit, Jakarta

http://2.bp.blogspot.com/-0VnYi6oKlPw/T2GtwUu8y4I/AAAAAAAAAGE/FNw81D6Cdsc/s320/rusia.jpg 
Gambar Bendungan Inguri di Rusia

Dalam pembuatan waduk selain harus memperhatikan teknik-teknik dalam pembuatan waduk juga harus memperhatikan lingkungan sekitar agar tidak sampai merusak daerah tangkapan hujan yang dapat menyebabkan rusaknya lahan biasanya ditandai dengan rekahan dan retakan pada tanah.
3.      Pelabuhan
Menurut peraturan pemerintah RI no. 69 tahun 2001 tentang kepelabuhanan, yang dimaksud pelabuhan adalah tempat yang terdiri dari daratan dan perairan di sekitarnya dengan batas batas tertentu sebagai tempat kegiatan pemerintahan dan kegiatan ekonomi dipergunakan sebagai tempat kapal bersandar, berlabuh, naik turun penumpang dan atau bongkar muat barang yang di lengkapi dengan fasilitas keselamatan pelayaran dan kegiatan penunjang pelabuhan serta sebagai tempat perpindahan intra dan antar moda transportasi.
Pelabuhan termasuk lahan antropogenik karena bentuknya telah merubah bentuk lahan pesisir sebelumnya.
http://2.bp.blogspot.com/-VbNxcFXx654/T2Gttah9R9I/AAAAAAAAAF0/FxJ0P75petk/s320/pelabuhan.jpg 
Gambar Pelabuhan Pontianak
Pembangunan pelabuhan hendaknya memperhatikan aspek lokasi agar pelabuhan dapat berfungsi secara efektif dan tidak mengancam lahan sekitar. Misalnya pembangunan pelabuhan Indonesia cabang Pontianak yang dibangun di tepi sungai yang dapat menyebabkan pendangkalan yang disebabkan oleh erosi daerah hulu dan juga pelabuhan Tanjung Api-api yang ada di Provinsi Sumatera Selatan mengakibatkan rusaknya hutan bakau (mangrove) dan hutan nipah, ancaman kepunahan sejumlah satwa langka, serta merusak perkebunan kelapa milik penduduk. 
4.      Penambangan Pasir
Penambangan pasir termasuk ke dalam lahan antropogenik karena aktivitas tersebut merubah bentuk lahan yang berbukit. Selain itu penambangan pasir juga dapat mengakibatkan erosi dan sedimentasi serta menurunkan keanekaragaman flora dan fauna.
Misalnya Bukit Ngoro yang terletak di sekitar daerah perbukitan dan patahan Watukosek Mojokerto. Bukit ini merupakan bukit dari bentuk lahan asal struktural yang kemudian telah mengalami degradasi akibat aktivitas masyarakat sekitar yaitu adanya penambangan pasir dan pengambilan material yang dimanfaatkan sebagai tanggul lumpur lapindo Sidoarjo. 
BENTUK LAHAN ASAL ORGANIK

Sedangkan bentuklahan asal organik itu sendiri adalah bentuklahan atau landform yang secara alamiah terbentuk dari proses kegiatan makhluk hidup, contohnya adalah bentuklahan terumbu karang (coral reefs). Pada dasarnya terumbu karang yang terbentuk berasal dari endapan kalsium karbonat atau kapur yang dihasilkan oleh organisme karang dan tambahan dari alga berkapur serta organisme lain yang mengsekresi kalsium karbonat lain. Proses pembentukan terumbu karang membutuhkan waktu jutaan tahun yang lalu sebelum masehi. terumbu karang terbentuk secara organik dan relatif perlahan sehingga lebih dimungkinkan adanya campur tangan manusia dalam pertumbuhannya. Hasil identifikasi bentuklahan mencerminkan karakteristik fisik lahan dan untuk mendapatkannya dengan melalui analisis geomorfologis.
Jenis bentuk lahan organik diantaranya terumbu karang .Terumbu karang adalah masa endapan kapur (limestone/CaCO3) di mana endapan kapur ini  terbentuk dari hasil sekresi biota laut pensekresi kapur (coral/karang). Terumbu karang yaitu  sekumpulan hewan karang yang bersimbiosis dengan sejenis alga yang di sebut zooxanthellae. Koloni karang dibentuk oleh ribuan hewan kecil yang sering disbut Polip. Karang terdiri satu polip saja yang mempunyai bentuk tubuh seperti tabung dengan mulut yang terletak dibagian atas dan dikelilingi oleh tantakel, namun kebanyakan spesies satu individu polip karang akan berkembang menjadi banyak individu yang disebut koloni. Hewan ini memiliki bentuk unik dan warna beraneka ragam serta dapat menghasilkan Kalsium karbonat ( CaCO3).adapun  jenis-jenis Terumbu karang diantaranya yaitu:
a.       Fringing Reefs (Terumbu karang tepi)
Terumbu karang tepi berkembang di pesisir pantai pulau-pulau besar. Perkembangannya bisa mencapai kedalaman 40 meter dengan pertumbuhan ke arah luar menuju laut lepas. Dalam proses perkembangannya,terumbu ini berbentuk melingkar yang ditandai dengan adanya bentukan ban atau bagian endapan karang mati yang mengelilingi pulau.
b.      Barrier reefs (Terumbu karang penghalang)
Terumbu karang ini terletak pada jarak yang relatif jauh dari pulau, sekitar 0.52 km
ke arah laut lepas. Terbentuk pada kedalaman hingga 1.000 kaki atau 300 meter.Terkadang membentuk lagoon (kolom air) atau celah perairan.Umumnya karang penghalang tumbuh di sekitar pulau sangat besar atau benua dan membentuk gugusan pulau karang yang terputus- putus.
c.       Atol (Terumbu karang cincin)
Terumbu karang yang berbentuk cincin yang mengelilingi batas dari pulaupulau vulkanik yang tenggelam sehingga tidak terdapat perbatasan dengan daratan. Menurut Darwin, terumbu karang cincin merupakan proses lanjutan dari terumbu karang penghalang, dengan kedalaman rata- rata 45 meter. Contoh:

Terumbu karang mengandung berbagai manfaat yang sangat besar dan beragam, baik secara ekologi maupun ekonomi.Estimasi jenis manfaat yang terkandung dalam terumbu karang dapat diidentifikasi menjadi dua yaitu manfaat langsung dan manfaat tidak langsung.
Manfaat dari terumbu karang yang langsung dapat dimanfaatkan oleh manusia adalah
·         sebagai tempat hidup ikan yang banyak dibutuhkan manusia dalam bidang pangan, seperti ikan kerapu, ikan baronang, ikan ekor kuning), batu karang,
·         Pariwisata, wisata bahari  melihat keindahan bentuk dan warnanya.
·         penelitian dan pemanfaatan biota perairan lainnya yang terkandung di dalamnya.
Sedangkan yang termasuk dalam pemanfaatan tidak langsung adalah sebagai penahan abrasi pantai yang disebabkan gelombang dan ombak laut, serta sebagai sumber keanekaragaman hayati





DAFTAR RUJUKAN
http://me9ume9u.blogspot.com/2012/03/bentuk-lahan-antropogenik.html
http://geoenviron.blogspot.com/2011/12/bentuklahan-asal-proses-struktural.html
http://deean0776.blogspot.com/2009/11/bentuk-lahan-asal-volkanis.html
http://pencariilmu-goresantinta.blogspot.com/2010/06/bentuklahan-asal-proses-fluvial.html
http://geoenviron.blogspot.com/2011/12/danau-tapal-kuda-oxbow-lake.html
http://glekhoba.blogspot.com/2010/04/bentuklahan-asal-proses-eolin.html
http://udhnr.blogspot.com/2009/01/gumuk-pasir-atau-sand-dunes.html
http://bloggernine-iq.blogspot.com/2012/04/blog-post.html
http://cs426ah.blogspot.com/2011/09/bentang-alam-proses-glasial.html
http://thyeogeografi.blogspot.com/2011/04/bentuk-lahan-asal-karst-land-form-of.html
http://ryukyoshi.blogspot.com/2011/05/bentang-lahan-bentukan-asal-karst.html

0 komentar:

Posting Komentar